BI, OJK, Bank Bersatu: Jurus Jitu Pasar Keuangan Lebih Transparan!

Bank Indonesia (BI) secara konsisten memacu pendalaman pasar keuangan domestik, sebuah langkah strategis untuk mengukuhkan volume transaksi dan membentuk harga yang lebih kredibel. Penegasan ini disampaikan oleh Destry Damayanti, Deputi Gubernur Senior BI, yang menyoroti fokus pada instrumen-instrumen kunci baik di pasar uang maupun pasar valuta asing.

Di ranah pasar uang, upaya diarahkan pada penguatan transaksi repo dan Overnight Index Swap (OIS) yang mengacu pada suku bunga acuan INDONIA (Indonesia Overnight Index Average). Sementara itu, untuk pasar valuta asing, penguatan dilakukan melalui Domestic Non-Deliverable Forward (DNDF) dan FX Swap, dengan referensi utama pada kurs JISDOR (Jakarta Interbank Spot Dollar Rate) serta kurs acuan non-USD/IDR, demikian Destry menjelaskan dalam keterangan tertulis pada Sabtu (27/9/2025).

Destry menjabarkan bahwa fasilitas matchmaking OIS berfungsi untuk memfasilitasi pencocokan transaksi antarbank, guna mencapai pembentukan harga yang lebih efisien dan interaksi pasar yang lebih lancar. Ketersediaan suku bunga acuan berbasis INDONIA juga diharapkan dapat memperkokoh mekanisme penetapan harga instrumen OIS yang bersifat forward-looking.

Dalam perkembangan positif di pasar valuta asing, BI mencatat rata-rata harian transaksi DNDF telah mencapai 212 juta dolar AS hingga Agustus 2025. Angka ini merefleksikan peningkatan signifikan, sekitar sepuluh kali lipat lebih tinggi dibandingkan pada awal penerapannya di tahun 2018.

Meskipun capaian tersebut menunjukkan progres yang mengesankan, Destry menekankan bahwa upaya ini perlu terus ditingkatkan. “Tentunya BI tidak bisa bekerja sendiri; diperlukan sinergi dan kerja sama dari seluruh pihak,” ujarnya, dalam mewujudkan pasar keuangan yang semakin tangguh dan berdaya saing.

Dukungan konkret dari industri perbankan juga semakin mengemuka, terlihat dari penandatanganan 105 kontrak perjanjian induk derivatif baru serta 23 komitmen kontrak penerapan margin oleh 56 bank. “Langkah ini mencerminkan keseriusan industri perbankan dalam memperkuat fondasi pasar domestik, khususnya dalam pengembangan instrumen OIS dan DNDF,” terang Destry.

Namun, Destry mengingatkan bahwa komitmen tersebut tidak boleh berhenti di atas kertas, melainkan harus diwujudkan dalam peningkatan transaksi riil di pasar. Sinergi antara otoritas dan pelaku pasar diharapkan dapat semakin memperdalam, meningkatkan likuiditas pasar, serta memperkuat ketahanan pasar uang dan pasar valuta asing domestik. Dengan demikian, pasar keuangan Indonesia dapat menjadi pilar penting dalam pembiayaan pembangunan ekonomi yang berkelanjutan.

Sejalan dengan visi tersebut, Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Dian Ediana Rae, menyambut baik penggunaan INDONIA sebagai acuan OIS. Menurutnya, ini merupakan langkah strategis untuk meningkatkan kredibilitas, transparansi, dan efektivitas suku bunga rupiah, selaras dengan reformasi suku bunga secara global.

OJK sendiri berkomitmen penuh untuk melakukan pemantauan dan pendampingan, serta terus mendorong pemanfaatan instrumen berbasis INDONIA demi memberikan manfaat optimal bagi stabilitas sistem keuangan.

“Dengan sinergi yang kuat dari seluruh pemangku kepentingan, kita optimistis pasar keuangan Indonesia akan semakin kompetitif dan berdaya saing di kancah global,” pungkas Dian.

Ringkasan

Bank Indonesia (BI) terus mendorong pendalaman pasar keuangan domestik dengan fokus pada instrumen pasar uang seperti repo dan Overnight Index Swap (OIS) yang mengacu pada suku bunga acuan INDONIA, serta instrumen pasar valuta asing seperti Domestic Non-Deliverable Forward (DNDF) dan FX Swap yang mengacu pada kurs JISDOR. Rata-rata harian transaksi DNDF telah meningkat signifikan sejak tahun 2018, mencapai 212 juta dolar AS pada Agustus 2025.

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mendukung penggunaan INDONIA sebagai acuan OIS untuk meningkatkan kredibilitas dan transparansi suku bunga rupiah. Sinergi antara BI, OJK, dan industri perbankan, yang ditandai dengan peningkatan kontrak derivatif dan komitmen margin, diharapkan dapat memperdalam likuiditas pasar, memperkuat ketahanan pasar uang dan valuta asing, serta mendukung pembiayaan pembangunan ekonomi yang berkelanjutan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *