BI Rate Dipangkas 3 Kali Lagi? Analis Citi Ungkap Prediksinya!

Chief Economist Citi Indonesia, Helmi Arman, memprediksi bahwa Bank Indonesia (BI) masih memiliki ruang yang cukup signifikan untuk menurunkan kembali suku bunga acuannya, atau BI Rate, sebanyak tiga kali hingga akhir tahun 2025. Proyeksi optimis ini didasarkan pada dua faktor utama: kondisi ekonomi domestik yang memerlukan dorongan dan perbaikan fundamental yang solid di pasar valuta asing.

Helmi menjelaskan, meski data pertumbuhan ekonomi pada kuartal II 2025 menunjukkan hasil yang kuat secara agregat, laju pertumbuhan tersebut belum dirasakan secara merata di seluruh sektor industri. Selain itu, tren pertumbuhan kredit juga masih menunjukkan perlambatan yang perlu diwaspadai. Ia menyoroti bahwa suku bunga riil di Indonesia, yang diukur dari selisih BI Rate dikurangi inflasi inti, masih tergolong tinggi. Dengan prospek inflasi yang terkendali berkat stabilitas harga komoditas dan minyak global, serta produksi pangan yang memadai, Helmi melihat adanya ruang yang memadai bagi Bank Indonesia untuk menyesuaikan BI Rate guna menekan suku bunga riil tersebut.

Di samping faktor domestik, perbaikan fundamental di pasar valuta asing turut menjadi pertimbangan krusial dalam proyeksi ini. Menurut Helmi, kebutuhan korporasi terhadap dolar AS untuk pelunasan utang valas telah menurun drastis. Fenomena ini disebabkan oleh hampir tuntasnya gelombang refinancing utang dari denominasi dolar ke rupiah. Dukungan lain datang dari peningkatan konversi Devisa Hasil Ekspor (DHE) ke rupiah, yang didorong oleh pengetatan aturan DHE serta insentif yang diberikan kepada perusahaan untuk menukar devisa mereka ke mata uang lokal.

Tak hanya itu, tren global juga turut menopang prospek penurunan suku bunga acuan BI. Helmi mengamati adanya peningkatan minat terhadap obligasi dalam mata uang lokal di berbagai negara berkembang. “Ada sekitar dua puluh lebih bank sentral dunia yang sedang menurunkan suku bunga sekarang, sementara yang menaikkan cuma tiga,” jelas Helmi. Kondisi ini secara signifikan mendorong aliran dana masuk (inflow) ke pasar obligasi Indonesia. Helmi bahkan memperkirakan Bank Sentral Amerika Serikat, The Fed, juga akan melanjutkan kebijakan penurunan suku bunga pada September mendatang.

Dengan mempertimbangkan seluruh dinamika tersebut—mulai dari fundamental ekonomi domestik yang memerlukan dorongan, stabilisasi pasar valuta asing, hingga tren kebijakan moneter global yang akomodatif—Citi Indonesia melalui Helmi Arman meyakini Bank Indonesia masih memiliki fleksibilitas dan ruang yang memadai untuk melanjutkan penurunan BI Rate hingga akhir tahun ini.

Ringkasan

Chief Economist Citi Indonesia, Helmi Arman, memprediksi Bank Indonesia (BI) berpotensi menurunkan BI Rate sebanyak tiga kali hingga akhir 2025. Prediksi ini didasarkan pada kondisi ekonomi domestik yang memerlukan dorongan dan perbaikan fundamental di pasar valuta asing. Meskipun pertumbuhan ekonomi kuartal II 2025 menunjukkan hasil positif, pertumbuhan kredit masih melambat dan suku bunga riil masih tinggi.

Perbaikan fundamental pasar valuta asing juga mendukung prediksi ini, ditandai dengan penurunan kebutuhan korporasi akan dolar AS dan peningkatan konversi Devisa Hasil Ekspor (DHE) ke rupiah. Tren global, termasuk penurunan suku bunga oleh banyak bank sentral dan potensi penurunan suku bunga The Fed, turut mendorong aliran dana masuk ke pasar obligasi Indonesia. Kombinasi faktor-faktor ini memberikan fleksibilitas bagi BI untuk melanjutkan penurunan BI Rate.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *