Grup Sinarmas Terjun ke Panas Bumi, Persaingan Bisnis Geothermal di RI Makin Panas

Sektor energi panas bumi atau geothermal di Indonesia kini menjadi magnet kuat bagi korporasi besar. Fenomena ini didorong oleh melimpahnya potensi sumber daya yang belum terjamah optimal, diiringi dengan meningkatnya kebutuhan akan energi bersih yang terus meningkat.

Indonesia tak diragukan lagi adalah raksasa geothermal global. Menurut Senior Equity Research Kiwoom Sekuritas, Sukarno Alatas, Indonesia memiliki cadangan panas bumi terbesar di dunia, mencapai 24 gigawatt (GW). Ironisnya, kapasitas terpasang yang teroptimalkan baru sekitar 2,6 GW. “Permintaan energi bersih dan dukungan regulasi membuat sektor ini prospektif. Meski begitu, biaya eksplorasi, izin, dan risiko sosial tetap menjadi tantangan,” jelasnya, Selasa (9/9).

Potensi masif inilah yang memicu ketertarikan banyak pemain baru maupun lama. Terbaru, PT Dian Swastatika Sentosa Tbk (DSSA), anak usaha dari konglomerat Grup Sinarmas, mengambil langkah strategis dengan menggandeng Energy Development Corporation (EDC) asal Filipina. Melalui entitas anak masing-masing, PT DSSR Daya Mas Sakit dan PT FirstGen Geothermal Indonesia, kolaborasi ini menargetkan pengembangan sumber daya panas bumi dengan kapasitas gabungan impresif, mencapai 440 megawatt (MW). Proyek ambisius ini akan tersebar di enam wilayah strategis, termasuk Jawa Barat, Jambi, Sumatera Barat, Sulawesi Tengah, dan Flores.

Masuknya DSSA menambah panjang daftar korporasi raksasa yang telah lebih dulu mengukir jejak di kancah bisnis energi panas bumi Indonesia. Sebut saja PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO), PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN), PT Arkora Hydro Tbk (ARKO), dan PT Kencana Energi Lestari Tbk (KEEN). PGEO saat ini tercatat mengelola kapasitas 727,5 MW dari total area 1.933 MW. Sementara itu, BREN, melalui entitasnya Star Energy, kokoh sebagai operator terbesar dengan kapasitas terpasang 886 MW, yang juga didukung ekspansi 112 MW yang tengah berjalan.

Langkah Grup Sinarmas ini disambut positif oleh para analis. Menurut Senior Market Analyst Mirae Asset Sekuritas, Nafan Aji Gusta, “Geothermal sangat dibutuhkan ke depan seiring berkurangnya ketergantungan pada energi batu bara.” Dengan prospek cerah ini, Nafan merekomendasikan ‘akumulasi beli’ untuk saham PGEO dengan target harga Rp 1.725 per saham. Senada, Kiwoom Sekuritas juga memberikan rekomendasi ‘beli’ untuk PGEO, menyoroti kekuatan sumber daya dan posisi dominannya di industri panas bumi.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *