
Scoot.co.id JAKARTA — Indeks harga saham gabungan (IHSG) terus mencetak rekor tertinggi sepanjang sejarahnya pada 2025. Terdapat sejumlah saham-saham penopang indeks, mulai dari PT DCI Indonesia Tbk. (DCII) hingga PT Astra International Tbk. (ASII).
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), IHSG ditutup di level 8.275,08 pada perdagangan kemarin, Senin (3/10/2025) dan mencapai level all time high (ATH) penutupan baru. Sebelumnya, level ATH penutupan terjadi pada Oktober 2025.
Adapun, IHSG mencapai level ATH secara intraday pada perdagangan Oktober 2025 yakni di level 8.355.
: Danantara Patok Saham 30% dalam Proyek Sampah jadi Listrik
Pada perdagangan sesi pertama hari ini, Selasa (4/10/2025), IHSG mencatatkan penguatan 0,25% ke level 8.296,18. IHSG sendiri telah kokoh di zona hijau, menguat 17,18% sepanjang tahun berjalan (year to date/ytd) atau sejak perdagangan perdana 2025.
Terdapat sejumlah saham yang menjadi penopang indeks dan mengantarkan IHSG ke rekor-rekor barunya pada 2025. Saham DCII misalnya menjadi top leaders atau penopang indeks seiring dengan lonjakan harganya pada 2025. Harga saham DCII memang telah melonjak 518,76% ytd.
: : Investor Asing Kembali Masuk Pasar Saham Indonesia
AMMAN MINERAL INTERNASIONAL TBK – TradingView
Selain itu, saham PT Dian Swastika Sentosa Tbk. (DSSA) masuk menjadi top leaders dengan lonjakan harga 146,89% ytd. Saham PT Barito Pacific Tbk. (BRPT) pun menjadi top leaders indeks dengan lonjakan harga 293,48% ytd.
Saham PT Telkom Indonesia Tbk. (TLKM) yang melonjak 37,73% ytd pun menjadi top leaders indeks. Lalu, saham ASII menjadi penopang indeks seiring dengan lonjakan harga 41,29% ytd.
: : Tunggak Pajak, Anak Buah Menkeu Purbaya di DJP Sumut I Blokir 310 Rekening
Head of Research & Chief Economist Mirae Asset Sekuritas Indonesia Rully Arya Wisnubroto mengatakan gerak IHSG tahun ini memang ditopang oleh laju saham-saham multibagger dari konglomerat seperti DCII, DSSA, dan BRPT.
“Saham-saham penggerak valuasinya sudah mahal, dari saham-saham konglomerat Prajogo Pangestu, Sinarmas, hingga Salim. PE [price to earning] ratio sudah ratusan kali,” ujar Rully dalam Media Day Mirae Asset Sekuritas Indonesia pada beberapa waktu lalu.
Ke depan, menurutnya IHSG pun masih akan ditopang oleh saham-saham multibagger konglomerat. Sebab, saham-saham yang biasanya menjadi penopang seperti perbankan saat ini sedang berkinerja lesu.
“Namun, saham-saham dengan valuasi tinggi ini sulit diprediksi,” kata Rully.
20 Saham Pemberat dan Pendorong IHSG Ytd Kode Saham YTD (%) Sumbangan ke IHSG (poin) DCII +518,53% +262,68 DSSA +137,84% +198,97 BRPT +298,91% +170,84 BRMS +181,79% +73,69 TLKM +23,62% +71,00 ASII +29,59% +63,14 CDIA +871,05% +50,07 CUAN +87,59% +40,08 BNLI +455,56% +37,94 RISE +856,10% +33,47 BMRI -16,49% -85,27 AMMN -17,11% -46,86 BBCA -10,59% -43,63 AMRT -32,46% -40,29 BYAN -10,37% -36,32 GOTO -15,71% -23,89 ICBP -25,27% -15,77 ADRO -20,16% -13,55 SMMA -10,96% -11,61 MEGA -20,10% -10,10
Sumber: IDX, 3 November 2025
—
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.