Scoot.co.id, JAKARTA — Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengakhiri perdagangan Kamis (4/9/2025) dengan pelemahan signifikan 0,23%. Sesi sore itu diwarnai dengan terjunnya sejumlah saham emiten emas dan sektor pertambangan, termasuk PT Aneka Tambang Tbk. (ANTM), PT Bumi Resources Minerals Tbk. (BRMS), dan PT Indika Energy Tbk. (INDY), ke zona merah.
Berdasarkan data dari RTI Infokom, IHSG ditutup merosot 19,5 poin atau setara 0,23%, mencapai level 7.866,34. Sepanjang hari, pergerakan IHSG berkisar antara 7.855 hingga 7.899. Total transaksi saham mencapai 39,6 miliar lembar dengan nilai fantastis Rp13,99 triliun, mencerminkan aktivitas pasar yang dinamis meskipun indeks melemah.
Sentimen negatif turut mewarnai pergerakan pasar, di mana 398 saham tercatat melemah, jauh melampaui 260 saham yang berhasil menguat, sementara 147 saham lainnya stagnan. Akibatnya, kapitalisasi pasar IHSG sedikit menyusut menjadi Rp14.240 triliun, mengindikasikan tekanan jual yang cukup dominan.
Secara spesifik, kinerja saham emiten emas dan energi menjadi sorotan utama. PT Aneka Tambang Tbk. (ANTM) ditutup melemah 2,59% ke level Rp3.390 per saham. Penurunan serupa juga dialami oleh PT Bumi Resources Minerals Tbk. (BRMS) yang tergelincir 5% ke level Rp494. Tak ketinggalan, PT Indika Energy Tbk. (INDY) juga mencatatkan pelemahan sebesar 5,42%, mengakhiri hari di posisi Rp1.570 per saham.
Pelemahan ini tak lepas dari perhatian pasar global yang kini terfokus pada kebijakan moneter The Fed. Tim Riset Pilarmas Investindo Sekuritas mengamati optimisme yang kian menguat di pasar terkait potensi pemangkasan suku bunga acuan oleh bank sentral Amerika Serikat tersebut. Hal ini sejalan dengan data CME Fedwatch yang menunjukkan probabilitas pemangkasan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin pada pertemuan 17 September mencapai 97,6%.
Keyakinan akan pelonggaran kebijakan moneter ini semakin diperkuat oleh pernyataan para pejabat The Fed. Sebelumnya, petinggi The Fed Christopher Waller secara tegas menyatakan dukungannya terhadap pemangkasan suku bunga. Senada dengan Waller, Presiden Fed Atlanta Raphael Bostic juga mengindikasikan bahwa pemotongan suku bunga sudah masuk dalam agenda, meskipun belum ada kepastian mengenai waktu pelaksanaannya.
Dukungan untuk pemangkasan suku bunga juga datang dari rilis data ekonomi AS. Setelah data lowongan kerja AS untuk bulan Juli menunjukkan penurunan, hal ini memberikan sinyal pelemahan pasar tenaga kerja dan cerminan kondisi ekonomi yang belum sepenuhnya stabil. Kondisi ini memperkuat argumen bagi The Fed untuk mempertimbangkan kebijakan yang lebih akomodatif.
Ke depan, pasar masih menantikan serangkaian rilis data penting dari Amerika Serikat, termasuk klaim pengangguran, data ketenagakerjaan ADP, dan laporan penggajian nonpertanian pada hari Jumat. Data-data ini diharapkan dapat memberikan petunjuk lebih lanjut mengenai momentum ekonomi global dan arah kebijakan The Fed selanjutnya.
Sementara itu, sentimen negatif juga datang dari ranah geopolitik, di mana pemerintahan Trump mengajukan banding atas putusan pengadilan yang membatalkan sebagian besar tarif globalnya. Langkah ini berpotensi memicu perselisihan hukum di Mahkamah Agung, menambah ketidakpastian di pasar internasional.
Dari sisi domestik, IHSG tertahan di zona merah setelah sempat mengalami rebound. Pelemahannya dipicu oleh sentimen profit taking menjelang libur nasional pada hari esok, Jumat (5/9/2025), serta tekanan jual yang kuat dari investor asing. Kombinasi faktor eksternal dan internal ini menjadi penentu utama pergerakan IHSG pada sesi perdagangan kali ini.
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.
Ringkasan
IHSG ditutup melemah 0,23% pada Kamis, 4 September 2025, dengan penurunan signifikan pada saham-saham emas dan pertambangan seperti ANTM, BRMS, dan INDY. Pelemahan ini dipicu oleh sentimen negatif, di mana jumlah saham yang melemah (398) jauh lebih banyak daripada saham yang menguat (260), dan adanya aksi profit taking menjelang libur nasional.
Pasar global memantau kebijakan moneter The Fed, dengan meningkatnya ekspektasi pemangkasan suku bunga yang didukung oleh pernyataan pejabat The Fed dan data ekonomi AS yang menunjukkan pelemahan pasar tenaga kerja. Selain itu, ketidakpastian geopolitik dari pemerintahan Trump turut membebani sentimen pasar, menyebabkan IHSG tertahan di zona merah meskipun sempat rebound.