PT Summarecon Agung Tbk (SMRA) diproyeksikan akan mencatatkan kinerja positif yang signifikan pada tahun 2025. Optimisme ini didorong oleh pencapaian pendapatan prapenjualan atau marketing sales yang mengesankan, mencapai Rp 3,1 triliun hingga pertengahan Agustus 2025. Angka tersebut menandai sekitar 60% dari target marketing sales SMRA sebesar Rp 5 triliun yang ditetapkan hingga akhir tahun, menunjukkan momentum kuat perseroan.
Momentum positif SMRA tak lepas dari strategi cermat perseroan. Menurut Liza Camelia, Kepala Riset Kiwoom Sekuritas Indonesia, Summarecon aktif melakukan diversifikasi sumber penjualan serta memfokuskan pengembangan pada proyek-proyek di Tangerang. Langkah strategis ini bertujuan untuk mempertahankan laju pertumbuhan dan diperkirakan akan menghasilkan strategi penjualan yang lebih merata sepanjang tahun 2025. Liza juga menambahkan bahwa keberlanjutan stimulus Pajak Pertambahan Nilai Ditanggung Pemerintah (PPN DTP) akan menjadi katalis positif yang signifikan ke depan.
Sejalan dengan pandangan tersebut, Harry Su, Managing Director Research and Digital Production Samuel Sekuritas Indonesia, meyakini bahwa implementasi diskon PPN rumah 100% akan berkontribusi besar terhadap peningkatan penjualan rumah di tahun 2025. Ia menggarisbawahi bagaimana insentif serupa pada tahun 2024 telah sukses mendorong kinerja keuangan sejumlah perusahaan properti, termasuk SMRA, menunjukkan efektivitas kebijakan ini dalam menggairahkan pasar.
Namun, Harry Su turut menyampaikan catatan penting. Ia mengamati bahwa saat ini tingkat suku bunga KPR berada pada level yang lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya. Mengingat mayoritas transaksi pembelian rumah bergantung pada pembiayaan KPR, ia memperkirakan bahwa dampak positif dari insentif PPN mungkin tidak akan sebesar dan sekuat tahun-tahun sebelumnya. Oleh karena itu, arah kebijakan suku bunga KPR di masa depan akan menjadi sentimen penting yang harus dicermati dengan seksama oleh para investor dan pelaku pasar properti.
Meskipun demikian, prospek SMRA tetap menarik di mata para analis. Harry Su konsisten dengan rekomendasi beli untuk saham SMRA, dengan target harga sebesar Rp 600 per saham. Senada, Liza Camelia juga menyarankan rekomendasi beli untuk SMRA, menetapkan target harga di kisaran Rp 580 hingga Rp 600 per saham, menunjukkan keyakinan terhadap potensi pertumbuhan jangka panjang perseroan.