Saham Kesehatan Melesat? Intip HEAL, SILO, dan RAPBN Kemenkes!

JAKARTA – Sektor kesehatan di Indonesia diproyeksikan bakal panen berkah seiring rencana alokasi belanja Kementerian Kesehatan (Kemenkes) pada 2026 yang mencapai Rp114 triliun. Dua industri utama yang siap menadah limpahan dana ini adalah rumah sakit dan farmasi, menandakan prospek cerah bagi emiten kesehatan di bursa saham.

Senior Market Chartist Mirae Asset Sekuritas, Nafan Aji, menjelaskan bahwa potensi keuntungan bagi kedua jenis emiten ini sangat besar, terutama karena eksposur mereka yang tinggi terhadap program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang dikelola oleh BPJS Kesehatan. “Salah satu alokasi dana terbesar juga akan ke BPJS sebesar Rp59 triliun. Hal tersebut tentunya menguntungkan terutama bagi emiten-emiten RS yang punya eksposur tinggi terhadap pasien BPJS,” ujar Nafan, Selasa (19/8/2025).

Berdasarkan laporan keuangan paruh pertama 2025, sejumlah emiten rumah sakit memang menunjukkan keterkaitan yang signifikan dengan BPJS. Contohnya, PT Medikaloka Hermina Tbk. (HEAL) mencatat piutang usaha dari BPJS sebesar Rp665,73 miliar. Meskipun angka ini sedikit menyusut dari Rp726,82 miliar pada Desember 2024, nilainya tetap substansial. Sementara itu, PT Mitra Keluarga Karyasehat Tbk. (MIKA) membukukan piutang usaha BPJS senilai Rp136,88 miliar pada Juni 2025, turun dari Rp151,19 miliar pada Desember 2024, namun tetap menunjukkan eksposur yang patut diperhitungkan.

: Kinerja Indeks Sektor Saham Kesehatan yang Diburu Konglomerat, Prospek Investasi Jangka Panjang

Namun, potensi penguatan dari rancangan anggaran Kemenkes ini tidak terbatas pada emiten rumah sakit saja. Nafan juga melihat peluang besar bagi emiten farmasi. Pemerintah menargetkan pertumbuhan ekonomi mencapai 5,6% pada 2026, sebuah indikasi kuat akan penguatan daya beli masyarakat. Peningkatan daya beli ini diharapkan mendorong konsumen untuk lebih proaktif dalam tindakan kuratif terhadap kesehatan mereka, yang pada gilirannya akan menguntungkan industri farmasi.

“Jadi nanti juga distribusi obat pun juga semakin meluas, sehingga tentunya bisa meningkatkan penetrasi pasar, dalam hal ini obat-obatan,” imbuh Nafan, menggambarkan bagaimana peningkatan akses dan konsumsi obat-obatan akan memperlebar pangsa pasar bagi perusahaan farmasi. Untuk saat ini, Nafan merekomendasikan saham HEAL dengan target harga Rp1.775 per lembar, merefleksikan potensi kenaikan sebesar 0,85% dari harga saat ini Rp1.760 per lembar.

Medikaloka Hermina Tbk. – TradingView

Senada dengan pandangan tersebut, Pengamat Pasar Modal Reydi Octa turut memprediksi bahwa emiten-emiten rumah sakit dengan eksposur besar terhadap BPJS akan merasakan dorongan positif dari rencana anggaran ini. Tidak hanya itu, emiten farmasi pelat merah juga diperkirakan akan turut terbantu oleh rancangan alokasi dana tersebut.

Reydi menambahkan, angin segar bagi emiten kesehatan tidak hanya datang dari alokasi anggaran belanja negara pada 2026. Faktor-faktor lain seperti regulasi baru Coordination of Benefit (COB), skema Kebutuhan Dasar Kesehatan (KRIS), serta kenaikan tarif BPJS, juga dinilai akan memberikan dorongan signifikan terhadap kinerja sektor ini. Meskipun demikian, Reydi memberikan catatan penting bagi farmasi BUMN. “Menurut saya bisa mendorong kinerja emiten farmasi BUMN, akan tetapi selama farmasi BUMN masih ketergantungan impor dan sensitif terhadap kurs, di tengah bebasnya impor alkes dari AS, maka pemulihan tetap menjadi tantangan dan tergantung pada efisiensi, operasional dan ketepatan eksekusi,” jelas Reydi, Selasa (19/8/2025).

Berkaca pada faktor-faktor tersebut, Reydi merekomendasikan saham HEAL karena memiliki eksposur yang cukup besar terhadap BPJS, CoB, dan skema KRIS. Selain itu, emiten-emiten lain yang layak dipertimbangkan untuk investasi meliputi KLBF, MIKA, hingga SILO, menawarkan ragam pilihan bagi investor yang tertarik pada prospek saham kesehatan.

Siloam International Hospitals Tbk. – TradingView

Sebagai informasi tambahan, Kementerian Kesehatan memang mendapatkan alokasi dana sebesar Rp114 triliun dalam RAPBN 2026, meningkat 8% dari APBN 2025 yang sebesar Rp105,6 triliun. Anggaran terbesar akan disalurkan untuk pembiayaan BPJS senilai Rp59 triliun, sebagai bagian dari dana pembiayaan dan tata kelola kesehatan. Alokasi lainnya meliputi pelayanan kesehatan RS senilai Rp31 triliun, layanan Posyandu senilai Rp24 triliun, dan belanja operasional senilai Rp9,2 triliun. Secara keseluruhan, total anggaran kesehatan yang dialokasikan pemerintah mencapai Rp244 triliun.

Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

Ringkasan

Sektor kesehatan di Indonesia diproyeksikan akan mengalami pertumbuhan positif dengan alokasi belanja Kemenkes tahun 2026 sebesar Rp114 triliun. Emiten rumah sakit dan farmasi diprediksi akan mendapat manfaat signifikan, terutama dengan alokasi dana besar untuk BPJS Kesehatan, yang dapat meningkatkan pendapatan emiten rumah sakit yang memiliki eksposur tinggi terhadap pasien BPJS.

Peningkatan daya beli masyarakat yang diproyeksikan juga akan mendukung pertumbuhan industri farmasi, dengan rekomendasi saham HEAL dari Mirae Asset Sekuritas. Selain itu, faktor seperti regulasi COB, skema KRIS, dan kenaikan tarif BPJS juga akan memberikan dorongan positif bagi kinerja sektor kesehatan, menjadikan saham seperti HEAL, KLBF, MIKA, dan SILO layak dipertimbangkan untuk investasi.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *