
Scoot.co.id , JAKARTA — Gubernur Federal Reserve (The Fed) Lisa Cook menilai risiko pelemahan pasar tenaga kerja Amerika Serikat kini lebih besar dibandingkan potensi lonjakan inflasi, meski belum memastikan pemangkasan suku bunga lanjutan pada Desember.
“Ke depan, kebijakan tidak berada pada jalur yang sudah ditentukan. Saat ini, risiko terhadap dua mandat utama The Fed—yakni stabilitas harga dan lapangan kerja—sama-sama meningkat,” ujar Cook dalam forum Brookings Institution, dikutip dari Bloomberg, Selasa (5/11/2025).
Cook menambahkan, setiap pertemuan The Fed, termasuk Desember mendatang, masih terbuka bagi setiap kemungkinan.
: The Fed Pangkas Suku Bunga, Peluang Window Dressing Kerek IHSG
Pernyataan Cook sejalan dengan dua pejabat bank sentral lainnya yang juga belum memberikan kepastian apakah suku bunga The Fed akan kembali turun untuk ketiga kalinya secara beruntun pada pertemuan Desember.
Pekan lalu, The Fed memangkas suku bunga acuan sebesar 25 basis poin. Namun, Ketua The Fed Jerome Powell menegaskan bahwa pemangkasan tambahan belum menjadi keputusan pasti, mengingat perbedaan pandangan di internal bank sentral mengenai prospek inflasi dan pasar tenaga kerja.
: : Perbedaan Pandangan Pejabat The Fed Kian Tajam Soal Arah Suku Bunga
Cook memperkirakan inflasi akan tetap tinggi dalam setahun ke depan, seiring dampak dari kebijakan tarif impor Presiden Donald Trump yang mulai merembes ke perekonomian.
“Namun, dampak tarif terhadap harga pada dasarnya bersifat sementara. Setelah efek tersebut mereda, inflasi diperkirakan akan kembali mendekati target 2%,” jelasnya.
: : What the Fedâs Hawkish Tone Means for the Rupiah and BI Rate
Terkait kondisi pasar tenaga kerja, Cook menilai kenaikan tingkat pengangguran menunjukkan adanya pelemahan moderat. Dia menambahkan, perlambatan pertumbuhan lapangan kerja sebagian besar disebabkan oleh menurunnya pertumbuhan populasi akibat kebijakan imigrasi.
Dalam sesi tanya jawab, Cook menyampaikan kekhawatiran atas potensi perubahan cepat di pasar tenaga kerja.
“Pasar bisa memburuk dengan sangat cepat. Efeknya bisa non-linear, jadi saya benar-benar mengamati hal ini secara hati-hati,” ujarnya.
Meski demikian, Cook menilai keputusan The Fed memangkas suku bunga pekan lalu sudah tepat.
“Saya percaya bahwa risiko terhadap lapangan kerja lebih besar dibandingkan risiko kenaikan inflasi,” katanya.
Sebelumnya pada hari yang sama, Presiden The Fed San Francisco Mary Daly mengatakan pejabat bank sentral harus terbuka terhadap semua opsi terkait kemungkinan pemangkasan suku bunga pada Desember 2025.
Sementara itu, Presiden The Fed Chicago Austan Goolsbee mengaku lebih khawatir terhadap inflasi ketimbang pasar tenaga kerja, namun belum memutuskan langkah kebijakan berikutnya.
Kasus di Mahkamah Agung
Pidato ini menjadi penampilan publik pertama Lisa Cook sejak Presiden AS Donald Trump berupaya memecatnya dari Dewan Gubernur The Fed pada Agustus lalu atas tuduhan penipuan kredit kepemilikan rumah (KPR). Cook kemudian menggugat keputusan tersebut, dan kasusnya kini bergulir ke Mahkamah Agung AS yang dijadwalkan akan menggelar sidang pada Januari 2026.
Mahkamah Agung menolak permintaan Trump untuk segera memberhentikan Cook sebelum sidang berlangsung. Kasus ini dipandang sebagai ujian penting terhadap independensi The Fed dari campur tangan politik Gedung Putih.
Dalam pidatonya, Cook menolak mengomentari kasus tersebut secara mendalam.
“Pertanyaan terkait perkara ini dan dampaknya terhadap The Fed telah dibahas secara luas. Karena proses hukum masih berjalan, saya tidak akan berkomentar lebih jauh,” ujarnya.
Meski menghadapi tekanan politik, Cook menegaskan komitmennya untuk tetap menjalankan tugas sebagai pejabat publik.
“Saya tidak menyesal mendapat sorotan besar sebagai pejabat publik. Saya termotivasi oleh sejarah keluarga saya yang terlibat dalam gerakan hak sipil,” tuturnya.
Dia menegaskan, menjaga independensi The Fed merupakan prinsip yang patut diperjuangkan.