JAKARTA – Sektor pendanaan melalui platform urun dana atau securities crowdfunding (SCF) menunjukkan performa gemilang sepanjang tahun 2025. Data terkini mengungkapkan total pendanaan telah menembus angka Rp1,86 triliun, sebuah capaian signifikan yang melampaui seluruh rekor pendanaan pada tahun 2024.
Heinrich Vincent, Wakil Ketua Umum III Asosiasi Layanan Urun Dana Indonesia (ALUDI), menjelaskan bahwa angka fantastis ini berasal dari 969 penerbitan efek usaha kecil dan menengah (UMKM). Ragam bisnis yang berhasil menarik investasi sangat bervariasi, mulai dari jaringan restoran, dapur produksi untuk program makan bergizi gratis (MBG), hingga proyek properti seperti bisnis kos-kosan.
“Secara umum, tren tahun ini menunjukkan peningkatan di semua aspek,” ujar Vincent kepada Bisnis pada Jumat (10/10/2025). Ia menambahkan bahwa penggalangan dana didominasi oleh instrumen berbasis syariah, khususnya sukuk. Selain itu, jenis proyek yang didanai juga semakin inovatif, mencakup dapur MBG dan bahkan tempat wisata.
Sebagai perbandingan, ALUDI mencatat total penggalangan dana melalui SCF sepanjang tahun 2024 hanya mencapai Rp1,53 triliun dari 804 penerbitan efek. Pada tahun tersebut, sektor restoran mendominasi dengan 23,6%, diikuti manufaktur 14,9%, konstruksi 8,7%, dan ritel 7,7%.
Pada kuartal III/2025, struktur sektor yang didanai sedikit bergeser namun tetap menunjukkan dominasi kuliner. Restoran masih memimpin dengan 20,6%, disusul manufaktur 15,4%, konstruksi 8,4%, kemudian agrikultur 7,2%, ritel 6,9%, dan fesyen 6,2%. Pergeseran ini mengindikasikan semakin meluasnya minat investor terhadap berbagai segmen usaha.
Dari perspektif instrumen efek yang diterbitkan, produk syariah kian diminati. Sebanyak 56,6% dari total pendanaan berasal dari instrumen syariah, dengan sukuk menjadi primadona. Sebanyak 523 penerbitan sukuk berhasil mengumpulkan dana sebesar Rp1,03 miliar dari total keseluruhan pendanaan.
Untuk platform penyedia SCF, Shafiq berhasil mengakomodasi porsi pendanaan terbesar bagi UMKM dengan Rp671,7 miliar. Kemudian diikuti oleh Bizhare dengan Rp270,8 miliar, dan LBS Urun Dana yang mencatatkan Rp244,27 miliar.
Vincent, yang juga merupakan bos Bizhare, menyoroti tren menarik lainnya tahun ini: tingginya minat investor loyal untuk melakukan repeat order. “Contohnya, kami memfasilitasi penggalangan dana untuk enam gerai Pempek Farina. Salah satu cabang di Kediri, yang baru beroperasi tiga bulan, telah menghasilkan return on investment (ROI) sebesar 21,3%. Tak heran, ketika mereka membuka pendanaan untuk gerai berikutnya, dana cepat sekali terpenuhi,” ungkapnya.
Selain itu, sektor olahraga dan hiburan juga menunjukkan potensi besar. Pendanaan untuk proyek lapangan padel melalui Bizhare, misalnya, berhasil mengumpulkan Rp1,69 miliar hanya dalam waktu seminggu. “Capaian ini menegaskan peningkatan minat investor terhadap berbagai sektor, mulai dari olahraga & gaya hidup, kuliner, hingga proyek-proyek yang berkaitan dengan program pemerintah seperti dapur MBG,” tambah Vincent.
Tren positif ini selaras dengan pernyataan Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan, Derivatif dan Bursa Karbon Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Inarno Djajadi. Ia mengungkapkan bahwa penggalangan dana melalui SCF terus diramaikan oleh penerbit baru setiap bulannya. Dalam Rapat Dewan Komisioner Bulanan (RDKB) OJK terbaru pada Kamis (9/10/2025), Inarno Djajadi menyatakan bahwa selama September 2025, terdapat 37 efek baru dan 15 penerbit baru. Ini menjadikan total penerbit efek SCF saat ini mencapai 547 penerbit, dengan jumlah pemodal sebanyak 187.212 investor, menegaskan pertumbuhan yang berkelanjutan dan sehat di pasar urun dana Indonesia.