
Scoot.co.id JAKARTA. Saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) mulai menunjukkan konsistensi dalam hal masuknya investor asing. Bahkan, BBCA menjadi yang paling banyak diburu asing ketimbang saham bank bermodal besar atau big banks lainnya.
Data perdagangan menunjukkan investor asing konsisten membeli bersih saham BBCA sejak 17 Oktober 2025. Total akumulasi net foreign buy di saham BBCA dalam dua pekan terakhir mencapai Rp4,6 triliun.
Mari bandingkan dengan big banks lainnya. PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) dan PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) sejatinya juga telah mencatatkan net foreign buy di periode waktu yang sama. Hanya saja, nilainya tak sebesar BBCA dengan masing-masing mencatatkan Rp 136,8 miliar dan Rp 59,86 miliar.
IHSG Bertahan di Zona Hijau, Saham-Saham Ini Paling Banyak Diborong Asing Kemarin
Bedanya, masuknya investor asing di big banks lainnya tak konsisten seperti BBCA. Ambil contoh, BBRI dalam sepekan terakhir malah mencatatkan net foreign sell senilai Rp 14,01 miliar.
Dengan adanya manuver asing yang konsisten mengakumulasi BBCA, pada akhirnya turut mendorong harga sahamnya naik. Terpantau harga BBCA rebound dari level terendah dalam sebulan di 16 Oktober 2025 di Rp 7.250 ke Rp 8.525 pada 31 Oktober 2025 atau dengan kenaikan 17,6%.
“Harga saham naik yang sejalan dengan akumulasi asing terjadi karena BBCA sudah undervalued. Biasanya BBCA diperdagangkan dengan valuasi lebih dari 4x price to book value (PBV), tetapi belakangan ini diperdagangkan di bawah 4x PBV” ungkap Farras Farhan analis dari Mirae Asset Sekuritas, Senin (3/11).
Ia menjelaskan dengan PBV di bawah 4x menjadi entry point yang menarik untuk investor, tak terkecuali investor asing. Terlebih, ada momentum kinerja yang positif di sepanjang 9 bulan ini sehingga menjadi driver lain saham BCA terus diakumulasi oleh investor.
Cek Saham Yang Paling Banyak Dijual Asing dengan Net Sell Terbesar (3/10)
Sebagai catatan, BBCA mencatatkan laba bersih sebesar Rp 43,4 triliun dari Januari-September 2025 atau tumbuh 5,7% secara year-on-year (YoY).
Raihan laba bersih itu menjadi yang terbesar di antara big banks lainnya. Hal ini juga didukung dengan peningkatan pendapatan usaha serta beban yang masih terjaga.
BBCA Chart by TradingView
Pendapatan operasional BCA yang berasal dari pendapatan bunga maupun non-bunga tercatat mencapai Rp 85,2 triliun atau tumbuh 6,9% YoY. Sementara beban usaha mencapai Rp 28,0 triliun atau naik 5,0% YoY pada periode yang sama.
Farras juga menambahkan jika profitabilitas BBCA masih sangat solid di tengah upaya bank untuk meningkatkan pencadangan. Di mana, kenaikan pencadangan juga bukan hanya terjadi di BCA saja melainkan tren industri.
“Beban pencadangan/Cost of Credit (CoC) BBCA memang mengalami kenaikan, tetapi masih in-line dengan guidance manajemen di 0,5% dan ini sudah diantisipasi oleh pelaku pasar,” tambahnya.
Cermati Saham-Saham yang Paling Banyak Dikoleksi Asing di Awal Pekan Ini
Di sisi lain, ia menekankan bahwa pertumbuhan kredit BCA per September 2025 yang mencapai 7,6% yoy juga masih relatif lebih tinggi dibanding industri perbankan yang tumbuh di kisaran 7,2% YoY.
Ia optimistis bahwa pedoman kinerja yang ditetapkan oleh manajemen BBCA di tahun 2025 memiliki feasibilitas yang tinggi untuk dicapai.
“Di tengah tingginya feasibilitas guidance 2025 untuk dicapai, dan valuasi yang atraktif ini menjadi momentum yang tepat untuk investor mengakumulasi saham BBCA” pungkasnya.