Harga emas dunia kembali menjadi sorotan utama para investor global menyusul lonjakan signifikan yang dipicu oleh berbagai faktor geopolitik dan kebijakan ekonomi. Di tengah gejolak pasar dan aktivitas profit taking yang mewarnai pekan lalu, logam mulia ini kian diperhitungkan sebagai aset lindung nilai (safe haven) primadona menjelang tutup tahun.
Prospek harga emas dunia diproyeksikan akan semakin menguat memasuki November 2025. Menurut Ibrahim Assuaibi, seorang pengamat ekonomi, mata uang, dan komoditas terkemuka, harga emas berpotensi menembus level US$ 4.437 per troy ounce bulan depan. Prediksi optimis ini disampaikannya pada Minggu (19/10/2025), menggarisbawahi momentum kenaikan yang kuat.
Meski pekan lalu sempat mengalami koreksi minor, harga emas berhasil bangkit dan kembali menunjukkan penguatan. Untuk pekan mendatang, Ibrahim Assuaibi memperkirakan tren positif ini akan berlanjut, dengan level support di US$ 4.118 per troy ounce dan resistance di US$ 4.372 per troy ounce, menandakan potensi kenaikan lebih lanjut.
Koreksi harga emas yang terjadi pekan lalu, menurut Ibrahim, dipicu oleh aksi profit taking setelah beredar kabar mengenai rencana pertemuan puncak antara Presiden AS Donald Trump dan Presiden Rusia Vladimir Putin di Hungaria, yang bertujuan membahas konflik Rusia-Ukraina. Namun, euforia awal ini mereda cepat. Sikap apatis dari para pengamat yang meragukan tercapainya gencatan senjata, mengingat ini adalah upaya ketiga dan Rusia enggan mengembalikan wilayah yang dikuasainya, justru memicu kembali permintaan emas sebagai aset aman. Sentimen skeptisisme ini secara tidak langsung mendukung kenaikan harga emas setelah koreksi awal.
Dari kancah Asia, perbedaan pandangan antara Perdana Menteri Jepang dan Bank Sentral Jepang mengenai kebijakan suku bunga turut memengaruhi pergerakan harga emas. Ketidakselarasan ini mengakibatkan penguatan mata uang Yen terhadap Dolar AS, yang pada gilirannya menekan harga emas dunia.
Tak hanya itu, kasus kredit macet di sektor perbankan Amerika Serikat, yang dilaporkan juga melibatkan skema penipuan terkait logam mulia, turut berkontribusi pada penurunan harga emas pekan lalu. Insiden ini menambah tekanan jual dan menyebabkan koreksi signifikan pada harga emas global.
Meskipun demikian, Ibrahim Assuaibi tetap optimis bahwa harga emas akan kembali menapaki jalur penguatan. Salah satu pemicunya adalah berlanjutnya penutupan pemerintahan federal AS yang telah memasuki hari ke-18, menciptakan ketidakpastian ekonomi yang biasanya mendorong investor mencari keamanan di emas.
Faktor lain yang akan menopang kenaikan harga emas adalah eskalasi perang dagang antara AS dan China. Dengan desakan dari berbagai pihak untuk segera menemukan solusi, kebijakan tarif 100% yang akan diberlakukan AS terhadap produk China mulai 1 November mendatang diperkirakan akan memicu gejolak pasar yang signifikan, mendorong harga emas dunia melonjak lebih tinggi lagi.
Permintaan emas yang konsisten dari bank-bank sentral global juga menjadi katalis kuat bagi harga. Hampir seluruh bank sentral di dunia secara aktif terus menambah cadangan devisa mereka dalam bentuk emas, menunjukkan kepercayaan kolektif terhadap logam mulia ini sebagai penyimpan nilai. Secara keseluruhan, kinerja harga emas dunia memang luar biasa, dengan kenaikan lebih dari 60% sepanjang tahun 2025, membuktikan posisinya yang tak tergantikan di tengah ketidakpastian global.