Scoot.co.id JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menunjukkan performa yang kurang memuaskan pada penutupan perdagangan Senin (4/8/2025). Tercatat, IHSG ditutup melemah signifikan sebesar 73,12 poin atau 0,97%, bertengger di level 7.464,64.
Koreksi mendalam terlihat pada sektor basic material yang anjlok 1,55%, menjadi salah satu pendorong utama penurunan indeks. Di sisi lain, sektor kesehatan justru tampil perkasa dengan melaju kencang, membukukan kenaikan impresif 1,99%.
Menurut Alrich Paskalis Tambolang, Equity Research Analyst Phintraco Sekuritas, pelemahan IHSG sebagian besar disebabkan oleh aksi profit taking yang masif. Fenomena ini muncul setelah indeks mencatat penguatan pada perdagangan Jumat pekan sebelumnya. Alrich juga menambahkan, “Beberapa laporan kinerja keuangan emiten domestik yang mengalami penurunan juga menjadi faktor negatif,” jelasnya pada Senin (4/8).
IHSG melemah 0,97% ke 7.464 pada Senin (4/8/2025), AMMN, BRPT, PGEO Top Losers LQ45
Tidak hanya sentimen domestik, ketidakpastian global turut membayangi pergerakan indeks saham. Data tenaga kerja Amerika Serikat yang melemah dan isu tarif AS menjadi perhatian para investor, memicu koreksi pasar.
Senada dengan Alrich, Analis MNC Sekuritas Herditya Wicaksana turut menyoroti faktor lain yang membebani laju IHSG. “Laju IHSG hari ini juga turut dibebani oleh koreksi pada sektor basic materials dan energi%,” ungkap Herditya. Ia juga menambahkan bahwa pelemahan nilai tukar Rupiah ikut memperparah tekanan pada pasar modal domestik.
Menatap perdagangan esok hari, Selasa (5/8), para analis memberikan proyeksi yang beragam. Herditya Wicaksana memperkirakan IHSG berpeluang menguat, dengan level support di 7.430 dan resistance di 7.531. Sementara itu, Alrich Paskalis Tambolang memproyeksikan IHSG akan melanjutkan koreksinya, menguji level support 7.400 dan resistance 7.470.
Sentimen global diproyeksikan masih akan mewarnai pergerakan IHSG. Keputusan Bank of Japan (BoJ) yang mempertahankan suku bunganya di level 0,5%—angka tertinggi sejak tahun 2008—akan menjadi perhatian. BoJ juga merevisi naik proyeksi inflasinya dari 2,2% YoY menjadi 2,7% YoY untuk tahun 2025, serta menaikkan proyeksi pertumbuhan ekonomi 2025 dari 0,5% menjadi 0,6%.
IHSG Rentan Terkoreksi di Awal Pekan
Di samping itu, data lain yang turut menjadi pertimbangan adalah indeks consumer confidence Jepang pada bulan Juli yang turun ke level 33,7 dari 34,5% di bulan Juni 2025. Data NBS Manufacturing China juga menunjukkan penurunan tipis pada Juli 2025 menjadi 49,3 dari posisi 49,7.
Dari ranah domestik, investor akan menantikan data inflasi bulan Juli 2025 yang diperkirakan akan naik menjadi 2,24% YoY dari 1,87% YoY di bulan Juni 2025. Secara bulanan, inflasi ditaksir akan naik menjadi 0,21% month to month (MoM) dari 0,19% MoM. Di sisi lain, neraca perdagangan bulan Juni 2025 diperkirakan mencatatkan surplus US$ 3,55 miliar, turun dari US$ 4,3 miliar di bulan Mei 2025.
Merespons berbagai sentimen ini, Alrich menyarankan investor untuk melirik beberapa saham potensial. Rekomendasinya meliputi PT Pantai Indah Kapuk Dua Tbk (PANI), PT Mitra Adiperkasa Tbk (MAPI), dan PT Map Aktif Adiperkasa Tbk (MAPA). Selain itu, ia juga merekomendasikan PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk (AMRT) dan PT Indocement Tunggal Prakasa Tbk (INTP).
Sementara itu, Herditya Wicaksana dari MNC Sekuritas memiliki daftar pilihannya sendiri. Rekomendasi saham dari Herditya jatuh kepada PT Adhi Karya Persero Tbk (ADHI) dengan support Rp 270 dan resistance Rp 278. Ia juga merekomendasikan PT Surya Esa Perkasa Tbk (ESSA) di rentang support Rp 665 dan resistance Rp 700, serta PT Hartadinata Abadi Tbk (HRTA) dengan support Rp 700 dan resistance Rp 730.
Tak Banyak Katalis yang bisa Menopang, IHSG Pekan Ini Diprediksi Lanjutkan Koreksi