Scoot.co.id , JAKARTA – Pemangkasan suku bunga The Fed diprediksi akan memberi angin segar bagi saham perumahan di Bursa Amerika Serikat (AS) yang berpotensi bangkit setelah lama lesu.
Pada Rabu (17/9/2025), bank sentral Amerika Serikat memangkas suku bunga acuan untuk pertama kalinya sejak Desember 2024 dan memberi sinyal akan ada pemangkasan lanjutan guna menopang pasar tenaga kerja yang melemah.
Langkah The Fed berpotensi mendorong kinerja saham-saham sensitif terhadap suku bunga, seperti emiten berkapitalisasi kecil (small cap) dan sektor konsumsi diskresioner.
: Nilai Tukar Dolar AS Menguat Pasca Kebijakan The Fed
Investor menilai, saham perusahaan pengembang properti (homebuilder) juga bisa diuntungkan jika pelonggaran moneter menekan suku bunga KPR dan mendongkrak aktivitas ekonomi di sektor perumahan yang tengah lesu.
“The Fed tengah me-restart siklus pelonggaran. Jika melihat sektor yang bisa diuntungkan, pengembang perumahan termasuk di antaranya,” ujar Angelo Kourkafas, Senior Global Investment Strategist di Edward Jones dikutip dari Reuters, Senin (22/9/2025).
: : Ramalan Bitcoin saat Suku Bunga The Fed Turun, Mampu Tembus Rp2 Miliar Lagi?
Indeks S&P 500 ditutup di level tertinggi sepanjang masa pada Jumat (19/9/2025), dengan kenaikan lebih dari 13% sepanjang tahun berjalan, setelah The Fed menurunkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin menjadi kisaran 4%–4,25%.
Sehari sebelumnya, indeks Russell 2000 yang berisi saham-saham small cap juga mencetak rekor penutupan tertinggi untuk pertama kalinya dalam hampir empat tahun.
: : Trump Seret Mahkamah Agung dalam Sengketa Pemecatan Gubernur The Fed
Investor berharap dimulainya kembali pelonggaran moneter dapat memperluas kepemimpinan pasar, tidak hanya bergantung pada saham teknologi raksasa (megacap) yang selama ini menjadi motor penggerak indeks.
Indeks PHLX Housing tercatat melonjak 15% sepanjang kuartal ini, mengungguli kenaikan S&P 500 yang hanya sekitar 7%, meskipun secara year-to-date masih tertinggal dari indeks acuan.
Beberapa saham unggulan di sektor properti antara lain DR Horton yang naik lebih dari 30% sepanjang kuartal, disusul KB Home dan Toll Brothers yang sama-sama menguat lebih dari 20%. Sementara itu, saham ritel perbaikan rumah Lowe’s naik sekitar 20% dan Home Depot menguat 13%.
Asosiasi Bank Hipotek AS (Mortgage Bankers Association) melaporkan suku bunga kontrak KPR tetap tenor 30 tahun turun ke level 6,39% per 12 September 2025, terendah sejak awal Oktober 2024. Analis Keefe, Bruyette & Woods bahkan memproyeksikan suku bunga KPR dapat mendekati 6% pada akhir tahun.
Pemangkasan suku bunga The Fed dilakukan di tengah tanda-tanda pelemahan pasar perumahan. Pembangunan rumah keluarga tunggal di AS anjlok ke level terendah 2,5 tahun pada Agustus. Ketua The Fed Jerome Powell juga menyebut aktivitas sektor perumahan “lemah” dalam konferensi pers usai keputusan kebijakan.
“Jika suku bunga KPR bisa turun lebih jauh, mungkin itu bisa memberi napas baru bagi pasar perumahan. Level 5% akan menjadi ambang penting,” kata Jack Janasiewicz, Lead Portfolio Strategist di Natixis Investment Managers Solutions.
Meski demikian, investor mengingatkan penurunan suku bunga The Fed tidak selalu diikuti penurunan suku bunga KPR dalam besaran yang sama. Pasalnya, KPR lebih erat kaitannya dengan imbal hasil obligasi pemerintah AS tenor 10 tahun, yang dipengaruhi faktor lebih luas. Saat ini yield 10 tahun berada di kisaran 4,13%, turun dari 4,6% pada Mei.
Seberapa jauh The Fed akan memangkas suku bunga tahun ini masih menjadi pertanyaan, karena inflasi yang persisten bisa memaksa bank sentral mempertahankan suku bunga lebih tinggi lebih lama.
Dalam sepekan ke depan, sejumlah data ekonomi penting akan menjadi sorotan, termasuk penjualan rumah baru dan rumah eksisting.
“Perputaran sektor perumahan yang baik umumnya positif bagi aktivitas ekonomi,” ujar Paul Nolte, Senior Wealth Adviser di Murphy & Sylvest Wealth Management.
Selain itu, pasar juga menantikan data terbaru PDB kuartal II, laporan manufaktur dan jasa, serta indeks harga PCE, ukuran inflasi yang menjadi fokus The Fed. Investor juga akan mencermati pernyataan Powell pada Selasa mendatang.
Seth Basham, Director of Equity Research di Wedbush, dalam sebuah catatan menyebut, dengan sikap The Fed yang menegaskan tidak berada pada jalur kebijakan yang sudah ditentukan, serta adanya perbedaan pandangan antaranggota soal arah suku bunga, hal ini kemungkinan akan memicu volatilitas pada data ekonomi berikutnya, khususnya terkait pasar tenaga kerja dan inflasi.