JAKARTA – Bursa Efek Indonesia (BEI) secara resmi menghentikan sementara perdagangan saham tiga emiten, yakni PT Multipolar Technology Tbk (MLPT), PT Fimperkasa Utama Tbk (FIMP), dan PT Futura Energi Global Tbk (FUTR). Langkah ini diambil sebagai bentuk perlindungan investor melalui mekanisme cooling down.
Suspensi saham MLPT dan FUTR diberlakukan mulai hari ini, Kamis (14/8/2025), di pasar reguler dan pasar tunai. Sementara itu, perdagangan saham FIMP telah dihentikan oleh Bursa di seluruh pasar sejak Sesi I Periodic Call Auction pada Rabu (13/8/2025). Dalam pengumumannya, BEI menekankan pentingnya bagi pihak-pihak berkepentingan untuk senantiasa memperhatikan keterbukaan informasi yang disampaikan oleh masing-masing perseroan.
Sebelum suspensi, saham MLPT menunjukkan kenaikan signifikan sebesar 108,59% dalam sebulan terakhir, mencapai level Rp 66.750 per saham. Senada, saham FUTR juga melesat 182,14% dalam periode sebulan, menembus angka Rp 158 per saham. Di sisi lain, harga saham FIMP tercatat parkir di level Rp 69 per saham dan telah masuk Papan Pemantauan Khusus (PPK) selama lebih dari setahun berturut-turut sejak 7 Agustus 2024. Alasan spesifik suspensi FIMP diungkapkan Bursa karena perseroan belum menyampaikan tanggapan dan dokumen yang lengkap serta memadai atas permintaan Bursa.
IHSG Uji Level Tertinggi, Cek Saham Rekomendasi Danareksa Sekuritas, Kamis (14/8)
Menanggapi situasi ini, Praktisi Pasar Modal dan Founder WH-Project, William Hartanto, menjelaskan bahwa BEI memiliki pertimbangan tersendiri yang mendasari perbedaan nasib ketiga saham tersebut. “Jika memang kriteria PPK terpenuhi, maka hal tersebut wajar diterapkan ke saham FIMP,” ujarnya kepada Kontan pada Kamis (14/8). Senada, Technical Analyst RHB Sekuritas Indonesia, Ilham Fitriadi Budiarto, menilai bahwa berdasarkan analisis teknikal, kenaikan harga MLPT dan FUTR yang sangat signifikan dan tidak wajar menjadi faktor utama pemicu suspensi.
Melihat prospek ke depan, William Hartanto menyatakan bahwa MLPT, FUTR, dan bahkan FIMP (meskipun kurang diminati karena status PPK-nya) sebenarnya tengah dalam tren penguatan dan masih cukup menarik. Ia menyarankan investor untuk mempertimbangkan pembelian saham MLPT dan FUTR setelah suspensi dicabut oleh BEI. “Ada peluang buy on weakness, karena biasanya setelah suspensi dibuka akan ada tekanan jual dari pelaku pasar,” jelasnya. Ilham Fitriadi Budiarto sependapat bahwa prospek saham MLPT dan FUTR masih menarik secara teknikal. Namun, ia mengingatkan bahwa kedua saham ini memiliki volatilitas yang sangat tinggi, sehingga perlu disesuaikan dengan trading plan dan profil risiko masing-masing investor. “Saham-saham seperti ini lebih cocok ditransaksikan dalam jangka pendek,” tuturnya.
Ilham secara spesifik merekomendasikan buy on support untuk FUTR, dengan area entry di Rp 128 per saham. Target harga terdekat yang bisa diincar adalah Rp 137 per saham, dengan target lanjutan di Rp 148 per saham. Investor disarankan untuk menerapkan stop loss jika harga FUTR menyentuh di bawah Rp 119 per saham.
GOTO Tekan Rugi Bersih 78% di Semester I-2025, Cek Rekomendasi Analis
Untuk MLPT, Ilham juga menyematkan rekomendasi buy on support, dengan area entry di Rp 53.050 per saham. Target harga terdekat di Rp 57.925 per saham, dan target harga lanjutan di Rp 62.875 per saham. Batas stop loss untuk MLPT ditetapkan jika harganya bergerak di bawah Rp 48.025 per saham.
Ringkasan
Bursa Efek Indonesia (BEI) menghentikan sementara perdagangan saham MLPT, FUTR, dan FIMP sebagai bentuk perlindungan investor. Suspensi MLPT dan FUTR berlaku mulai 14 Agustus 2025, sementara FIMP telah disuspensi sejak 13 Agustus 2025 karena belum menyampaikan tanggapan dan dokumen yang memadai.
Analis melihat suspensi MLPT dan FUTR disebabkan kenaikan harga yang signifikan, dan merekomendasikan *buy on support* setelah suspensi dicabut. Untuk FUTR, area *entry* direkomendasikan di Rp 128, target harga Rp 137-148, dan *stop loss* di bawah Rp 119. Untuk MLPT, area *entry* di Rp 53.050, target harga Rp 57.925-62.875, dan *stop loss* di bawah Rp 48.025.