PT Summarecon Agung Tbk (SMRA) diperkirakan akan menunjukkan ketahanan dalam mempertahankan pertumbuhan recurring income alias pendapatan berulang sepanjang tahun ini. Optimisme ini terutama didorong oleh strategi perseroan dalam pembukaan pusat perbelanjaan baru. Merujuk pada laporan keuangannya, SMRA sempat mencatatkan pendapatan sebesar Rp 4,6 triliun, angka ini menunjukkan penurunan 19,3% secara tahunan (year-on-year/yoy) namun telah mencapai 51,7% dari target fiskal tahun 2025.
Analis KB Valbury Sekuritas, Steven Gunawan, secara khusus menyoroti bahwa kinerja perseroan sepanjang tahun ini akan kuat ditopang oleh segmen pendapatan berulang yang terus bertumbuh, terutama dari sektor mal. Dalam risetnya pada 19 September, Steven memproyeksikan bahwa pendapatan berulang SMRA akan tumbuh 4,6% mencapai Rp 3,3 triliun pada tahun 2025, yang berarti menyumbang 36,8% dari total pendapatan perseroan. Peningkatan signifikan ini diharapkan berasal dari pembukaan Summarecon Mall Bekasi Tahap 2 yang dijadwalkan pada kuartal IV-2025. Menurut Steven, kontribusi pendapatan berulang yang meningkat ini adalah kunci untuk menjaga stabilitas laba perusahaan, bahkan di tengah gejolak tekanan makroekonomi.
Di sisi lain, Steven Gunawan juga mencermati adanya tantangan pada segmen pengembangan properti. Segmen yang menjadi kontributor utama dengan porsi 64,8% dari total pendapatan SMRA ini mengalami penurunan 28,9% secara tahunan menjadi Rp 3 triliun pada semester I-2025. Penurunan tersebut, jelasnya, disebabkan oleh basis perbandingan yang tinggi pada tahun sebelumnya, yang merupakan dampak dari percepatan serah terima unit berkat insentif pembebasan Pajak Pertambahan Nilai (PPN).
Dengan kondisi tersebut, Steven memproyeksikan pendapatan dari segmen pengembangan properti akan kembali terkoreksi sebesar 25,4% pada tahun 2025, dengan estimasi mencapai Rp 5,6 triliun. Lebih lanjut, ia juga memprediksi penurunan penjualan pada tahun ini: penjualan rumah dan ruko diperkirakan turun 25,0% menjadi Rp 5,1 triliun, sementara penjualan apartemen berpotensi melemah 22,8%, dan segmen perkantoran bahkan diproyeksikan menurun paling tajam sebesar 43,0%.
Secara keseluruhan, Steven Gunawan menaksir bahwa total pendapatan SMRA pada tahun ini akan mengalami koreksi sebesar 16,6% secara tahunan, menjadi Rp 8,9 triliun. Sejalan dengan itu, laba bersih perseroan juga diproyeksikan menurun 26,8% menjadi Rp 1,0 triliun. Steven mengingatkan, ada beberapa risiko utama yang membayangi kinerja SMRA, meliputi potensi pelemahan permintaan pasar, kenaikan biaya material konstruksi, dan persaingan yang semakin ketat di industri properti.
Meskipun dihadapkan pada sejumlah tantangan, Steven tetap melihat adanya katalis positif. Potensi penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) diyakini dapat memberikan dukungan signifikan bagi sektor properti secara keseluruhan, termasuk bagi kinerja SMRA. Oleh karena itu, dengan mempertimbangkan berbagai faktor tersebut, Steven Gunawan dari KB Valbury Sekuritas tetap mempertahankan rekomendasi beli untuk saham SMRA, dengan menargetkan harga Rp 520 per saham.