Scoot.co.id JAKARTA – Harga emas kini bergerak di dekat rekor tertingginya, didorong kuat oleh spekulasi pemangkasan suku bunga Federal Reserve setelah rilis data tenaga kerja AS yang menunjukkan pelemahan signifikan. Kondisi ini semakin mengukuhkan daya tarik investasi emas sebagai aset safe haven global di tengah ketidakpastian.
Melansir laporan Bloomberg pada Senin (8/9/2025), harga emas di pasar spot terpantau naik tipis 0,2% pada pukul 06.52 waktu Singapura, mencapai level US$3.592,91 per troy ounce. Angka ini menempatkan emas hanya selisih kurang dari US$10 dari puncak rekornya di US$3.600 per troy ounce yang sempat dicapai pada awal sesi Asia, setelah sebelumnya menguat hingga 1,5% pada akhir pekan lalu. Sementara itu, indeks Bloomberg Dollar Spot tercatat naik 0,1%.
Lonjakan harga emas ini dipicu oleh data nonfarm payrolls AS yang dirilis Jumat pekan lalu, menunjukkan perlambatan perekrutan tenaga kerja yang signifikan. Di saat yang bersamaan, tingkat pengangguran melonjak ke posisi tertinggi sejak tahun 2021, memicu reaksi pasar yang cepat.
Kondisi tersebut mendorong pelaku pasar untuk meningkatkan ekspektasi pemangkasan suku bunga oleh The Fed. Pasar swap kini bahkan memproyeksikan hampir tiga kali penurunan suku bunga sepanjang sisa tahun ini. Proyeksi ini menjadi katalis utama bagi harga emas, mengingat hubungannya yang terbalik dengan kebijakan moneter.
Adapun, suku bunga yang lebih rendah secara historis meningkatkan daya tarik emas sebagai aset yang tidak memberikan imbal hasil. Emas menjadi semakin menarik, terutama di tengah tingginya permintaan aset safe haven akibat ketidakpastian arah kebijakan bank sentral AS yang masih membayangi pasar global.
Dalam tiga tahun terakhir, nilai emas dan perak memang telah lebih dari dua kali lipat. Kenaikan ini didorong oleh kombinasi meningkatnya risiko geopolitik global, perlambatan ekonomi, serta gangguan yang terjadi pada rantai perdagangan dunia, semakin memperkuat posisi emas sebagai pelindung nilai.
Eskalasi serangan Presiden AS Donald Trump terhadap The Fed juga menambah kekhawatiran atas independensi bank sentral. Trump bahkan secara terang-terangan berjanji akan segera menguasai mayoritas suara di dewan bank sentral guna memaksakan penurunan suku bunga, menciptakan ketidakpastian politik yang berdampak pada pasar keuangan.
Investor kini menanti putusan penting terkait apakah Donald Trump memiliki dasar hukum untuk memberhentikan Gubernur The Fed Lisa Cook. Jika upaya ini berhasil, Trump berpotensi menggantinya dengan pejabat yang cenderung “dovish”. Goldman Sachs pekan lalu bahkan memperkirakan harga emas bisa menembus hampir US$5.000 per troy ounce apabila independensi The Fed benar-benar tergerus dan sebagian investor mengalihkan kepemilikan obligasi AS ke investasi emas.
Di sisi lain, pemerintahan Donald Trump pada Jumat lalu juga mengumumkan pengecualian emas batangan serta sejumlah logam dari bea masuk berbasis negara. Langkah ini mengukuhkan rencana pembebasan tarif impor emas, setelah sebelumnya keputusan Bea Cukai AS yang mengejutkan pasar sempat menimbulkan kebingungan dengan mengindikasikan emas batangan akan dikenakan pajak impor. Kebijakan ini memberikan kejelasan dan dukungan positif bagi pasar emas.
Sementara itu, data yang dirilis akhir pekan menunjukkan bahwa Bank Sentral China (PBoC) kembali menambah kepemilikan emas pada Agustus. Ini menandai bulan ke-10 berturut-turut upaya diversifikasi cadangan devisa mereka dari dominasi dolar AS, menegaskan tren global yang mendukung penguatan harga emas.
: Strategi Archi Indonesia Ekspansi Emas Hingga Saham ARCI Lampaui Harga IPO
: : Harga Emas Antam di Pegadaian Hari Ini (8/9) Tembus Rp2,14 Juta per Gram
: : Suku Bunga Turun Hingga Harga Emas Naik, Simak Arahan CEO Cerdas Keuangan dalam Investasi