Pembukaan perdagangan Wall Street pada Kamis (9/10/2025) waktu setempat menunjukkan kenaikan moderat, setelah Ketua The Fed Jerome Powell memilih untuk tidak memberikan isyarat baru mengenai arah kebijakan suku bunga Amerika Serikat (AS). Peristiwa ini langsung menarik perhatian pelaku pasar yang mencari kejelasan di tengah ketidakpastian ekonomi global.
Pada awal sesi, Dow Jones Industrial Average terpantau naik 20,5 poin atau 0,04%, mencapai level 46.622,31. Indeks S&P 500 juga menunjukkan penguatan sebesar 6,8 poin atau 0,10% menuju 6.760,5, sementara Nasdaq Composite, yang didominasi saham teknologi, sedikit bertambah 2 poin atau 0,01% ke 23.045,33. Kenaikan tipis ini mencerminkan sentimen pasar yang berhati-hati namun optimistis.
Ketiadaan petunjuk eksplisit dari Powell mendorong pelaku pasar untuk kembali mengandalkan data ekonomi AS yang telah dirilis sebelumnya dalam membentuk sentimen perdagangan. Di satu sisi, banyak investor masih menaruh harapan pada pemangkasan suku bunga yang lebih agresif. Namun, risalah rapat The Fed bulan September mengungkap bahwa isu inflasi tetap menjadi prioritas utama bank sentral, menciptakan ketegangan antara ekspektasi pasar dan prioritas kebijakan.
Dengan absennya arahan dari Powell, perhatian investor kini beralih ke pernyataan pejabat The Fed lainnya, termasuk Gubernur Michael Barr dan Presiden The Fed San Francisco Mary Daly. Potensi komentar bernada “hawkish” atau cenderung ketat dari mereka dapat menekan kinerja pasar saham, yang belakangan menunjukkan kekuatan impresif, bahkan di tengah periode musiman yang biasanya melemah.
Momentum positif di pasar saham terlihat jelas sehari sebelumnya, ketika Nasdaq dan S&P 500 berhasil menutup perdagangan di level tertinggi sepanjang masa pada Rabu (8/10). Meskipun demikian, peringatan tetap muncul dari para ahli. “Kita memang menuju koreksi besar, tapi kemungkinan belum akan terjadi dalam beberapa bulan ke depan,” tutur Peter Cardillo, Kepala Ekonom Pasar di Spartan Capital Securities, seperti dikutip Reuters, menambah perspektif tentang dinamika Wall Street.
Selain itu, minimnya rilis data ekonomi akibat penutupan sebagian pemerintahan AS (government shutdown) telah mengalihkan fokus pelaku pasar ke laporan keuangan korporasi. Kinerja perusahaan besar seperti PepsiCo dan Delta Air Lines menjadi barometer penting untuk mengukur daya beli konsumen. Beberapa indikator alternatif juga mengisyaratkan perlambatan ekonomi AS; firma investasi Carlyle, misalnya, memproyeksikan penambahan tenaga kerja hanya 17.000 orang pada September, jauh di bawah estimasi konsensus 54.000.
Di tengah fluktuasi pasar global, harga emas spot tetap kokoh di atas US$4.000 per ons troi, mengindikasikan tingginya permintaan terhadap aset lindung nilai. Sentimen positif juga datang dari arena geopolitik. Kesepakatan awal gencatan senjata antara Israel dan Hamas memberikan harapan besar akan meredanya ketidakpastian jangka panjang, yang berpotensi membawa stabilitas lebih lanjut bagi pasar global.
Ringkasan
Wall Street dibuka dengan kenaikan moderat setelah Ketua The Fed Jerome Powell tidak memberikan petunjuk baru terkait kebijakan suku bunga AS. Hal ini membuat pelaku pasar lebih bergantung pada data ekonomi AS yang telah dirilis dan pernyataan pejabat The Fed lainnya untuk membentuk sentimen perdagangan.
Investor menantikan laporan keuangan korporasi seperti PepsiCo dan Delta Air Lines untuk mengukur daya beli konsumen di tengah minimnya rilis data ekonomi akibat government shutdown. Sementara itu, harga emas spot tetap tinggi dan kesepakatan gencatan senjata antara Israel dan Hamas memberikan sentimen positif bagi pasar global.