Wall Street Turun, Imbas Laporan Keuangan yang Beragam dan Ketegangan Dagang AS-China

Scoot.co.id NEW YORK. Indeks utama Wall Street ditutup melemah pada akhir perdagangan Rabu (22/10/2025), setelah tertekan oleh laporan keuangan emiten yang bervariasi serta kekhawatiran terhadap eskalasi ketegangan perdagangan antara Amerika Serikat dan China. Kinerja Netflix yang mengecewakan menjadi sorotan utama, sementara investor juga mencermati potensi pembatasan ekspor AS ke China.

Mengutip laporan Reuters, Indeks Dow Jones Industrial Average mencatat penurunan sebesar 334,33 poin, atau 0,71%, mengakhiri perdagangan di level 46.590,41. Sementara itu, S&P 500 turun 35,95 poin, atau 0,53%, menjadi 6.699,40, dan Nasdaq Composite melemah 213,27 poin, atau 0,93%, ke level 22.740,40. Penurunan ini mencerminkan sentimen pasar yang berhati-hati.

Di antara 11 sektor utama dalam S&P 500, sektor industri menanggung beban penurunan terbesar. Sebaliknya, sektor energi berhasil mencatat persentase kenaikan paling tinggi, menunjukkan adanya pergerakan yang kontras di tengah gejolak pasar. Penurunan signifikan juga terlihat pada saham-saham teknologi dan layanan komunikasi, yang secara substansial membebani pergerakan Nasdaq.

Aktivitas perdagangan saham di bursa AS pada hari tersebut mencapai 24,76 miliar saham, melampaui rata-rata 20 hari perdagangan terakhir yang sebesar 20,60 miliar saham. Volume yang lebih tinggi ini menunjukkan partisipasi pasar yang aktif di tengah ketidakpastian.

Isu ketegangan perdagangan AS-China kembali memanas setelah munculnya laporan bahwa AS sedang mempertimbangkan pembatasan ekspor baru. Langkah ini dapat mencakup berbagai barang, mulai dari laptop hingga mesin jet, sebagai respons terhadap kebijakan Beijing yang baru-baru ini membatasi ekspor tanah jarang. Ini menandai eskalasi konflik antara dua raksasa ekonomi dunia tersebut.

Dalam konteks yang sama, Presiden AS Donald Trump pada Selasa sebelumnya menyatakan keyakinannya akan pertemuan yang “sangat sukses” dengan Presiden China Xi Jinping. Namun, ia juga mengindikasikan bahwa pertemuan yang direncanakan di Korea Selatan pada akhir bulan ini kemungkinan tidak akan terjadi, menambah ketidakpastian di pasar.

Tom Hainlin, ahli strategi investasi nasional di U.S. Bank Wealth Management di Minneapolis, menyoroti dampak dari dinamika ini. “Perselisihan perdagangan Washington-Beijing telah berlangsung dan kemungkinan akan berlanjut hingga pertemuan potensial dengan Trump dan Xi,” jelasnya. Hainlin juga menambahkan bahwa, “Beberapa perusahaan teknologi melaporkan beberapa angka yang mengecewakan,” yang turut memicu kelemahan pasar.

Meskipun demikian, Hainlin menawarkan perspektif yang lebih luas. “Musim laporan keuangan ini cukup baik, dan (saham) tidak terlalu jauh dari rekor tertinggi,” tambahnya. Ia juga menyarankan agar investor tidak buru-buru mengubah alokasi portofolio mereka hanya berdasarkan pergerakan pasar satu hari. “Kami tidak akan menyarankan investor untuk mengubah alokasi mereka berdasarkan hari seperti hari ini,” tegasnya.

Secara spesifik, saham Netflix anjlok 10,1% setelah perusahaan streaming raksasa ini gagal memenuhi ekspektasi laba kuartalan. Kinerja yang meleset ini memicu kekhawatiran serius di kalangan investor mengenai valuasi saham yang dianggap sudah terlalu tinggi. Sementara itu, Tesla, perusahaan pertama dari kelompok “Magnificent Seven” yang terkait dengan momentum kecerdasan buatan, melaporkan pendapatan kuartal ketiga yang melampaui perkiraan. Hal ini didorong oleh berakhirnya kredit pajak yang memicu lonjakan penjualan kendaraan listrik di AS. Meskipun demikian, saham Tesla tetap turun tipis 0,5% dalam perdagangan lanjutan.

Berbeda dengan Netflix dan Tesla, saham Intuitive Surgical melonjak signifikan sebesar 13,9% setelah laba kuartal ketiganya berhasil melampaui ekspektasi. Di sisi lain, saham AT&T justru turun 1,9%, meskipun perusahaan telekomunikasi tersebut berhasil menambah lebih banyak pelanggan nirkabel dari yang diperkirakan pada kuartal ketiga.

Musim laba kuartal ketiga masih berlangsung, dengan data terbaru dari LSEG menunjukkan bahwa 86% perusahaan yang telah melaporkan laba berhasil melampaui estimasi Wall Street. Analis saat ini memproyeksikan pertumbuhan laba S&P 500 kuartal ketiga secara agregat mencapai 9,3% secara year-on-year, meningkat dari estimasi pertumbuhan tahunan 8,8% per 1 Oktober. Hainlin kembali menggarisbawahi bahwa, “Anda mendapatkan valuasi yang tinggi dengan mencapai ekspektasi tersebut, dan secara umum perusahaan sejauh ini telah memenuhi atau melampaui ekspektasi tersebut.” Namun, ia juga mengingatkan, “Dan mereka yang belum memenuhi ekspektasi tersebut tidak dihargai oleh investor dengan kesabaran.”

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *