AKRA: Ekonomi Tumbuh, Ini Rekomendasi Saham AKR Corporindo Terbaik

PT AKR Corporindo Tbk (AKRA) berhasil mencatatkan kinerja positif yang solid hingga kuartal III – 2025, ditopang oleh harapan akan pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi di masa depan. Proyeksi ini dinilai dapat menjadi katalis kuat bagi peningkatan permintaan bahan bakar industri dan bahan kimia dasar, sektor inti yang menopang operasional AKRA.

Meski demikian, Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal III – 2025 mencapai 5,04% secara tahunan (year on year/yoy), sedikit melambat dibandingkan dengan capaian 5,12% yoy pada kuartal sebelumnya. Meskipun ada sedikit perlambatan ekonomi makro, AKRA menunjukkan resiliensi yang patut diperhitungkan.

Secara kumulatif sepanjang Januari – September 2025, AKRA membukukan pendapatan sebesar Rp 32,40 triliun, melonjak 13,2% secara tahunan. Kenaikan pendapatan ini turut diiringi dengan pertumbuhan laba bersih yang signifikan, mencapai Rp 1,65 triliun atau naik 12,3%. Angka-angka ini menegaskan fundamental yang kuat dan kemampuan perusahaan dalam menjaga profitabilitas.

Namun, kinerja operasional AKRA di kuartal III – 2025 sempat menunjukkan sedikit pelemahan. Volume penjualan bensin tercatat turun 1,6% secara kuartalan (QoQ), dan margin juga menurun tajam sebesar 11,6% QoQ. Pada periode ini, perusahaan juga tidak mencatatkan penjualan lahan. Kendati demikian, sorotan positif datang dari segmen bahan kimia, yang berhasil memulihkan volume penjualannya hingga 20,7% secara QoQ. Secara keseluruhan, kinerja hingga September 2025 tetap tangguh, dengan volume penjualan bensin naik 4,6% yoy dan margin per liter meningkat 25,2% yoy. Volume penjualan bahan kimia juga tumbuh 4,2% yoy, meskipun penjualan lahan mengalami penurunan 31,7% yoy.

Hasan Barakwan, Analis Maybank Sekuritas, optimis bahwa pertumbuhan ekonomi dan harga komoditas yang lebih tinggi akan menjadi pendorong utama peningkatan permintaan bahan bakar industri dan bahan kimia dasar AKRA ke depan. Perspektif ini mengindikasikan prospek cerah bagi segmen bisnis utama perusahaan.

Dari sisi pendapatan utilitas, Ryan Winipta, Analis Indo Premier Sekuritas, menyoroti ekspektasi manajemen AKRA terkait potensi kenaikan mulai kuartal IV – 2025. Peningkatan ini diperkirakan akan didorong oleh kontribusi dari Xinyi Glass & Xinyi Solar, Golden Elephant, dan entitas lainnya. Sayangnya, pendapatan utilitas dari Freeport diproyeksikan masih akan relatif rendah akibat insiden tambang Grasberg yang terjadi sebelumnya.

Terkait penjualan lahan, ada potensi serah terima lahan seluas sekitar 40 – 60 hektar (ha) pada kuartal IV – 2025, sejalan dengan panduan AKRA untuk tahun 2025 yang menargetkan 81-110 ha. Ryan yakin, ekspektasi pasar terhadap AKRA saat ini cenderung rendah, sehingga setiap kenaikan dalam penjualan lahan akan berperan sebagai katalis positif yang kuat bagi saham perusahaan.

Christian Sitorus, Analis MNC Sekuritas, memproyeksikan transaksi penjualan lahan di Java Integrated Industrial & Port Estate (JIIPE) Gresik akan dilaksanakan secara bertahap. Rencananya meliputi 25 ha pada November 2025, 20 ha pada Desember 2025, dan 20 ha pada Januari 2026, diikuti oleh sekitar 60 ha tambahan yang direncanakan pada kuartal II – 2026. Penjualan ini diharapkan akan semakin memperkuat posisi JIIPE Gresik sebagai pusat industri utama, meningkatkan pemanfaatan lahan, serta menarik investasi lebih lanjut dari sektor manufaktur dan logistik.

Christian juga memperkirakan segmen Trading & Distribution (T&D) AKRA akan mencatat kinerja yang lebih kuat pada kuartal IV – 2025. Dorongan ini berasal dari faktor musiman seiring meningkatnya aktivitas produksi oleh pelanggan industri untuk memenuhi target output akhir tahun dan rencana kerja dan anggaran biaya (RKAB). Selain itu, volume distribusi bahan bakar dan energi juga diproyeksikan meningkat, didukung oleh aktivitas transportasi dan logistik yang lebih tinggi, serta potensi kenaikan Harga Jual Rata-Rata (HJR) yang dapat mendongkrak margin.

Stabilitas segmen distribusi bahan bakar tetap terjaga berkat kesepakatan perusahaan dengan pemerintah mengenai kuota impor hingga akhir tahun anggaran 2025, yang menjamin pasokan stabil untuk SPBU BP-AKR. Pengiriman pertama diperkirakan tiba pada akhir Oktober 2025, dengan distribusi segera menyusul. Christian memproyeksikan aktivitas impor akan kembali normal pada tahun anggaran 2026, dengan dampak limpahan minimal pada segmen bisnis lainnya.

Kendati prospek cerah, Hasan Barakwan mengingatkan akan beberapa potensi tantangan. Antara lain, pertumbuhan ekonomi yang lebih lambat dan harga komoditas yang lebih rendah dapat mengurangi permintaan bahan bakar pertambangan. Aktivitas manufaktur yang melambat juga bisa menekan permintaan bahan kimia dasar. Selain itu, perang dagang atau gangguan pasokan global dapat memengaruhi rantai pasokan, sehingga memperlambat penjualan. Persaingan ketat dari pemain asing, terutama Tiongkok, juga berpotensi mengurangi profitabilitas AKRA.

Hasan memproyeksikan pendapatan AKRA pada tahun 2025 dapat mencapai Rp 31,66 triliun dengan laba bersih Rp 2,42 triliun. Sebagai perbandingan, pada tahun 2024 AKRA membukukan pendapatan sebesar Rp 38,73 triliun dan laba bersih Rp 2,22 triliun. Dengan melihat potensi pertumbuhan dan kinerja yang solid, Hasan, Ryan, dan Christian sepakat merekomendasikan buy untuk saham AKRA, dengan target harga masing-masing Rp 1.850 per saham, Rp 1.480 per saham, dan Rp 1.450 per saham.

Ringkasan

PT AKR Corporindo Tbk (AKRA) mencatatkan kinerja positif hingga kuartal III-2025 dengan pendapatan Rp 32,40 triliun dan laba bersih Rp 1,65 triliun. Meskipun pertumbuhan ekonomi Indonesia sedikit melambat, AKRA menunjukkan resiliensi dan didorong oleh ekspektasi pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi dan potensi kenaikan pendapatan dari segmen utilitas, khususnya dari Xinyi Glass & Xinyi Solar dan Golden Elephant.

Analis merekomendasikan *buy* untuk saham AKRA, dengan target harga bervariasi antara Rp 1.450 hingga Rp 1.850 per saham. Prospek cerah ini didukung oleh potensi penjualan lahan di JIIPE Gresik dan kinerja yang lebih kuat di segmen Trading & Distribution (T&D), meskipun terdapat tantangan seperti pertumbuhan ekonomi yang lebih lambat, harga komoditas yang lebih rendah, dan persaingan dari pemain asing.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *