Scoot.co.id JAKARTA. PT Kimia Farma Tbk (KAEF) sedang mengimplementasikan upaya restrukturisasi utang yang signifikan, melibatkan 11 bank dengan total nilai mencapai Rp 6,81 triliun. Langkah strategis ini disambut positif oleh sejumlah analis pasar, yang memprediksi bahwa inisiatif tersebut berpotensi besar untuk mengangkat kembali kinerja bottom line KAEF di masa mendatang.
Ganti Winarno Putro, Sekretaris Perusahaan KAEF, menjelaskan bahwa skema restrukturisasi pinjaman ini meliputi perpanjangan jangka waktu pembayaran serta penurunan suku bunga. Fokus restrukturisasi adalah pada fasilitas pinjaman eksisting yang telah ada sebelum negosiasi aktif dimulai, yaitu sejak Mei 2024.
Hingga saat ini, progres restrukturisasi utang yang telah disetujui telah mencapai angka impresif Rp 4,98 triliun, merepresentasikan 73% dari total pinjaman yang direstrukturisasi. Daftar kreditur yang terlibat mencakup nama-nama besar di sektor perbankan seperti BNI, BSI, BCA, BRI, Bank Jakarta (eks Bank DKI), Maybank Indonesia, KEB Hana Bank, Krom Bank, BPD Jabar dan Banten, Bank Permata, dan Bank Muamalat.
Mengacu pada laporan keuangan KAEF per Juni 2025, emiten farmasi ini tercatat memiliki utang bank jangka pendek sebesar Rp 2,15 triliun dan jangka panjang sebesar Rp 3,64 triliun. Ganti menargetkan seluruh proses restrukturisasi ini dapat tuntas pada Oktober 2025. Ia optimistis bahwa melalui restrukturisasi ini, struktur keuangan perusahaan akan membaik secara signifikan, mendorong peningkatan likuiditas, efisiensi operasional, sekaligus mendukung pertumbuhan bisnis KAEF ke depan, seperti disampaikannya kepada Kontan pada Jumat (17/10/2025).
Meski menghadapi tantangan, KAEF menunjukkan tanda-tanda pemulihan parsial. Pada semester I-2025, penjualan perusahaan tercatat sebesar Rp 4,37 triliun, menurun 16,12% secara tahunan (year on year/YoY) dibandingkan Rp 5,21 triliun pada semester I-2024. Namun, rugi bersih periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk berhasil berkurang drastis 58,10% YoY, dari Rp 226,78 miliar menjadi Rp 95,02 miliar di semester I-2025. Dengan modal ini, KAEF tetap optimistis menargetkan pertumbuhan bisnis di kisaran low double digit, yakni 10-13% hingga akhir tahun 2025, serta menganggarkan belanja modal (capital expenditure) sebesar Rp 210 miliar tahun ini.
Abdul Azis Setyo Wibowo, Equity Research Analyst Kiwoom Sekuritas, berpandangan bahwa restrukturisasi utang akan memberikan keleluasaan pada arus kas KAEF, memungkinkannya dioptimalkan untuk operasional dan fokus pada peningkatan performa bisnis. “Di sisi lain, tren penurunan suku bunga juga berpotensi mengurangi cost of fund (biaya dana) yang pada akhirnya dapat memperbaiki kinerja bottom line,” tambah Azis kepada Kontan, Jumat (12/10/2025).
Pendapat serupa disampaikan oleh Ekky Topan, Investment Analyst Infovesta Kapital Advisori. Ia meyakini bahwa jika manajemen KAEF berhasil menjaga efisiensi operasional dan memulihkan profitabilitas di lini bisnis utamanya, seperti distribusi dan ritel farmasi, prospek perusahaan akan membaik secara bertahap. Ekky juga menyoroti dukungan pemerintah sebagai pemegang saham pengendali sebagai faktor krusial yang menopang stabilitas KAEF dalam jangka menengah.
Namun, jalan ke depan bagi KAEF tidak lepas dari tantangan. Perusahaan masih perlu menyiasati tipisnya margin usaha, tingginya biaya distribusi, dan tekanan kompetisi yang ketat di industri farmasi. Untuk mengatasi ini, Azis menyarankan agar KAEF berinovasi dalam produk-produk dengan potensi margin tinggi dan relevan dengan tren pasar. “Tantangan saat ini masih pada daya beli masyarakat dan potensi kenaikan cost material akibat pelemahan rupiah,” pungkas Azis.
Melihat kondisi terkini, Ekky merekomendasikan saham KAEF untuk trading jangka pendek, dengan target harga terdekat di kisaran Rp 680-700. Jika terjadi breakout, potensi kenaikan harga bisa mencapai level Rp 750-770. Namun, untuk investasi jangka panjang, Ekky menyarankan sikap “wait and see“, menanti bukti konkret perbaikan laba bersih dan keberlanjutan hasil restrukturisasi yang akan tercermin dalam laporan keuangan berikutnya. Sejalan dengan itu, Azis memberikan rekomendasi “trading buy” untuk saham KAEF, dengan target harga Rp 680-710 dan rentang support di Rp 605-575 per saham.
Ringkasan
PT Kimia Farma Tbk (KAEF) sedang melakukan restrukturisasi utang senilai Rp 6,81 triliun dengan 11 bank, yang diharapkan dapat memperbaiki kinerja perusahaan. Restrukturisasi ini meliputi perpanjangan jangka waktu pembayaran dan penurunan suku bunga, dengan fokus pada pinjaman yang ada sebelum Mei 2024. Saat ini, restrukturisasi yang disetujui telah mencapai Rp 4,98 triliun atau 73% dari total pinjaman.
Meskipun penjualan semester I-2025 menurun, rugi bersih KAEF berhasil dikurangi secara signifikan. Analis melihat restrukturisasi utang ini sebagai langkah positif yang dapat meningkatkan arus kas dan mengurangi biaya dana. KAEF menargetkan pertumbuhan bisnis *low double digit* dan menganggarkan belanja modal sebesar Rp 210 miliar tahun ini, dengan rekomendasi saham KAEF untuk *trading* jangka pendek.