Mencuat Rumor IPO Superbank: Ini Dia Daftar Pemiliknya, dari Grup Emtek hingga Grab
Kabar mengejutkan mengenai potensi IPO Superbank kembali berhembus kencang di tengah publik. PT Super Bank Indonesia, bank digital yang erat kaitannya dengan konglomerasi Grup Emtek dan raksasa teknologi Grab, dirumorkan akan melantai di bursa melalui penawaran umum perdana. Spekulasi ini muncul setelah sebuah tangkapan layar berlatar sistem e-IPO tersebar luas di berbagai platform media sosial, memicu pertanyaan tentang kebenaran kabar tersebut.
Menanggapi rumor tersebut, Bursa Efek Indonesia (BEI) segera memberikan klarifikasi. Direktur Penilaian BEI, I Gede Nyoman Yetna, dalam pernyataan tertulisnya pada Jumat (26/9/2025), secara tegas menyatakan, “Saat ini perusahaan sebagaimana tangkapan layar [Superbank] tidak sedang melakukan book building ataupun offering di sistem e-IPO.” Nyoman juga menambahkan penegasan bahwa BEI tidak mengelola sistem e-IPO ‘bayangan’ dan satu-satunya jalur resmi untuk mengakses sistem e-IPO adalah melalui tautan www.e-ipo.co.id. Dengan demikian, hingga artikel ini disusun, nama Superbank memang tidak terdaftar dalam kategori pre-effective, book building, maupun offering pada sistem resmi BEI.
Terlepas dari klarifikasi tersebut, menarik untuk menelusuri lebih jauh struktur pemilik Superbank yang diisukan akan IPO. Per 15 Agustus 2025, tercatat beberapa entitas kuat menjadi pemegang saham mayoritas. PT Elang Media Visitama memegang porsi terbesar dengan 31,11% kepemilikan, diikuti oleh PT Kudo Teknologi Indonesia sebesar 19,16%. Sementara itu, GXS Bank Pte. Ltd. memiliki 12%, dan A5-DB Holdings Pte. Ltd. dengan 11,52%.
PT Elang Media Visitama sendiri bukanlah nama asing di kancah bisnis Indonesia. Perusahaan ini merupakan induk usaha dari konglomerat media dan teknologi PT Elang Mahkota Teknologi Tbk. (EMTK), yang sahamnya dipegang oleh pendiri Emtek, Eddy K. Sariaatmadja, sebesar 21,89%. Keterlibatan Emtek ini menunjukkan dukungan kuat dari salah satu grup usaha terbesar di tanah air.
Di sisi lain, jaringan kepemilikan yang terafiliasi dengan Grab juga memiliki porsi signifikan. PT Kudo Teknologi Indonesia, GXS Bank Pte. Ltd., serta A5-DB Holdings Pte. Ltd. adalah bagian dari AA Holdings Inc. Perusahaan induk ini secara penuh, 100%, dikendalikan oleh Grab Holdings Limited. Adapun pendiri Grab, Anthony Tan Ping Yeow, turut memiliki saham di AA Holdings Inc. dengan porsi 3,7%, memperkuat jejak Grab dalam ekosistem bank digital Superbank.
Melihat ke belakang, sejarah Superbank juga menyimpan cerita menarik. Bank digital ini awalnya dikenal dengan nama PT Bank Fama International Tbk. (FAMA). Pada akhir tahun 2020, FAMA bahkan sempat nyaris menggelar IPO, berencana melepas 24% sahamnya dengan harga penawaran antara Rp298 hingga Rp328 per lembar. Namun, rencana strategis tersebut pada akhirnya harus dibatalkan.
Perjalanan transformasinya berlanjut. Berdasarkan informasi dari laman resminya, perubahan nama dari Bank Fama menjadi Superbank secara resmi terjadi pada awal tahun 2023. Transformasi ini tidak hanya sebatas nama, tetapi juga diikuti dengan pemindahan kantor pusat perusahaan ke Jakarta, meskipun masih mempertahankan kantor cabang di Bandung dan Jakarta. Perusahaan yang kini menjadi bank digital Superbank ini sendiri telah berdiri sejak tahun 1993 di Bandung, menunjukkan rekam jejak yang panjang sebelum bertransformasi menjadi entitas modern seperti sekarang.
Disclaimer: Informasi dalam berita ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya merupakan tanggung jawab pembaca. Penulis dan penerbit tidak bertanggung jawab atas kerugian atau keuntungan yang mungkin timbul dari keputusan investasi yang diambil.
Ringkasan
Rumor IPO Superbank, bank digital terkait Grup Emtek dan Grab, mencuat setelah tangkapan layar sistem e-IPO beredar. Bursa Efek Indonesia (BEI) mengklarifikasi bahwa Superbank saat ini tidak dalam proses book building atau offering di sistem e-IPO resmi. Struktur kepemilikan Superbank per 15 Agustus 2025 menunjukkan PT Elang Media Visitama (Grup Emtek) memegang saham mayoritas, diikuti oleh entitas yang terafiliasi dengan Grab.
Superbank, sebelumnya dikenal sebagai PT Bank Fama International Tbk. (FAMA), pernah berencana IPO pada tahun 2020 namun dibatalkan. Perubahan nama menjadi Superbank terjadi pada awal tahun 2023, diikuti dengan pemindahan kantor pusat ke Jakarta. Bank ini telah beroperasi sejak tahun 1993 sebelum bertransformasi menjadi bank digital.