Scoot.co.id – JAKARTA. Gelombang ketegangan dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China kembali meninggi, memicu riak gejolak yang terasa luas di seluruh pasar global. Puncak terbaru konflik ini terjadi sejak 14 Oktober 2025, ketika AS secara resmi memberlakukan biaya khusus terhadap kapal-kapal berbendera China yang berlabuh di pelabuhan-pelabuhan Amerikanya. Tak tinggal diam, Beijing segera merespons dengan kebijakan serupa, menargetkan kapal-kapal berbendera maupun yang bermuatan kepemilikan AS sebagai langkah balasan yang tak terelakkan.
Kebijakan saling balas yang agresif ini tidak hanya mengguncang fondasi sektor manufaktur dan logistik dunia, tetapi dampaknya kini juga merembes ke pasar keuangan global. Bahkan, industri aset digital dan kripto yang dikenal rentan terhadap sentimen makroekonomi, turut merasakan guncangan signifikan dari eskalasi perang dagang ini.
ESG SMDR: Hati-Hati Berlayar Agar Tidak Terombang-Ambing Ketidakpastian Ekonomi
Menanggapi situasi yang memanas ini, Chief Operating Officer (COO) Upbit Indonesia, Resna Raniadi, menyoroti bagaimana konflik dagang antara dua kekuatan ekonomi terbesar dunia ini telah menjadi pendorong utama volatilitas tinggi di pasar kripto. “Perang dagang AS–Tiongkok yang kian memanas memang secara langsung memengaruhi pasar keuangan global, dan pasar kripto tidak dapat menghindar dari dampaknya,” terang Resna dalam keterangannya, Jumat (17/10/2025). Ia menambahkan, “Krisis likuiditas, efek sentimen negatif yang meluas, serta gelombang likuidasi posisi leverage berpotensi memicu penurunan harga yang tajam dalam jangka pendek.”
Namun demikian, Resna mengingatkan bahwa potensi penurunan harga tersebut bukanlah pertanda akhir dari perjalanan aset kripto. Ia melihat peluang rebound yang kuat masih sangat terbuka, terutama jika ketegangan dagang antara AS dan China mulai mereda atau muncul sinyal-sinyal positif dari kedua negara adidaya tersebut. “Sama seperti pasar tradisional, pasar kripto juga sangat sensitif terhadap sentimen global,” jelasnya. “Namun justru dalam situasi penuh ketidakpastian seperti ini, disiplin dalam mengelola risiko menjadi kunci utama bagi setiap investor.”
Ada Perombakan Korps Diplomatik, Departemen Luar Negeri AS Memecat 1.350 Pegawai
Dari kacamata Upbit Indonesia, pergerakan harga aset kripto sepanjang pekan ini diperkirakan akan tetap sangat fluktuatif, sejalan dengan dinamika makroekonomi global yang masih bergejolak. Kondisi pasar yang penuh ketidakpastian ini menuntut kewaspadaan ekstra dari para pelaku pasar.
Potensi tekanan jual diprediksi akan terus berlanjut dan bahkan meningkat apabila ketegangan antara AS dan Tiongkok tidak menunjukkan tanda-tanda mereda, terutama jika disusul oleh kebijakan-kebijakan tambahan seperti pemberlakuan tarif baru atau langkah pembalasan lanjutan yang semakin memperkeruh suasana.
Di sisi lain, secercah harapan untuk rebound pasar kripto tetap terbuka lebar. Peluang ini akan muncul jika ada sinyal-sinyal positif, seperti gencatan sementara dalam perang dagang, pernyataan de-eskalasi dari para pemimpin negara, atau kebijakan moneter yang lebih akomodatif dan mampu menenangkan kekhawatiran pasar global.
Secara keseluruhan, volatilitas pasar kripto diperkirakan akan tetap tinggi sepanjang pekan ini, mungkin dengan tekanan yang lebih terasa di awal pekan, namun dengan potensi pemulihan yang bisa terjadi di paruh akhir minggu. Hal ini kembali menegaskan betapa kuatnya pasar aset digital dipengaruhi oleh dinamika geopolitik global, di mana setiap perubahan kecil dalam sentimen atau kebijakan dapat memicu reaksi cepat dan signifikan dari para pelaku pasar.
Harga Emas Dunia Naik Tipis ke US$3.336,88 pada Selasa (19/8) Sore
Menghadapi lanskap pasar yang penuh gejolak ini, Upbit Indonesia mengimbau investor untuk tetap tenang, adaptif, dan cermat dalam mengambil keputusan. Resna Raniadi secara khusus menyarankan para investor kripto untuk membatasi eksposur risiko dan sebisa mungkin menghindari penggunaan leverage berlebihan. Ia juga menekankan pentingnya memanfaatkan fitur stop loss untuk meminimalkan kerugian potensial, serta memastikan bahwa dana darurat tidak digunakan untuk aktivitas trading yang berisiko.
Lebih lanjut, Resna turut menyoroti krusialnya diversifikasi portofolio. Ia merekomendasikan untuk menyimpan sebagian aset dalam bentuk mata uang fiat atau stablecoin. Strategi ini tidak hanya berfungsi sebagai bantalan pengaman di tengah gejolak, tetapi juga memungkinkan investor untuk siap memanfaatkan peluang emas saat pasar menunjukkan tanda-tanda pembalikan arah.
Selain itu, dalam situasi penuh tekanan ini, investor sangat diimbau untuk tidak terpancing melakukan panic selling. Resna menegaskan bahwa fluktuasi adalah bagian alami dari siklus investasi. Dengan mempertahankan fokus jangka panjang, terutama bagi mereka yang memiliki keyakinan kuat pada masa depan adopsi teknologi blockchain, potensi keuntungan jangka panjang akan tetap relevan meskipun pasar bergerak dinamis dalam jangka pendek.
Mengakhiri pernyataannya, Resna menegaskan, “Dengan strategi investasi kripto yang tepat dan dukungan dari platform terpercaya seperti Upbit Indonesia, investor dapat dengan optimal memanfaatkan setiap peluang pasar kripto, kapan pun itu, untuk mencapai tujuan keuangan mereka.”
Ringkasan
Eskalasi perang dagang antara AS dan China, yang ditandai dengan penerapan biaya khusus terhadap kapal-kapal dari kedua negara, telah mengguncang pasar keuangan global, termasuk pasar kripto. Volatilitas pasar kripto meningkat akibat sentimen negatif, potensi krisis likuiditas, dan likuidasi posisi leverage, yang dapat memicu penurunan harga tajam.
Meskipun terdapat potensi penurunan harga, peluang rebound tetap terbuka jika ketegangan mereda atau muncul sinyal positif dari kedua negara. Investor disarankan untuk berhati-hati, membatasi risiko, menghindari leverage berlebihan, memanfaatkan fitur stop loss, dan melakukan diversifikasi portofolio ke aset yang lebih stabil seperti mata uang fiat atau stablecoin. Investor juga diimbau untuk tidak panik dan tetap fokus pada potensi keuntungan jangka panjang dari teknologi blockchain.